Kalo ada penulisan kata yang salah, tolong dibenerin ya..
***
Bukannya pergi keruangan wanita yang menyuruh menemuinya, pemuda itu malah membelokan kakinya masuk kedalam ruangan yang penuh dengan buku itu. Saat gadis yang selama ini ia awasi dari jauh, masuk kedalam perpustakaan dengan temannya.
Mata elang itu setia melihat setiap gerak-gerik gadis yang kini tengah tertawa dengan temannya, seraya memilih buku yang ingin gadis itu pinjam. Tapi sayangnya buku itu berada di rak paling atas. Gadis itu menghela napas berat saat tangannya tidak sampai untuk mengambil buku itu.
Bukan Kania namanya jika ia putus asa, dirinya terus berusaha mengambil buku itu dengan berjinjit. Sampai tangan kekar milik pemuda itu yang mengambil buku yang di inginkan gadis itu. Kania tidak langsung membalikan tubuhnya, karna ia tahu siapa pemuda yang kini berada di belakangnya, hanya karna bau parfum yang masuk keindra penciumannya ia sudah tahu siapa pemilik bau parfum itu.
Sedangkan Alyana yang melihat itu hanya menatap Kania dan pemuda yang berada dibelakang temannya itu, dengan buku yang berada ditangan Alyana. Saat manik matanya tidak sengaja menubruk mata elang milik pemuda itu, Alyana langsung menipiskan bibirnya seraya menatap Kania sebentar yang masih membelakangi pemuda itu. Lalu pergi meninggalkan mereka berdua, karna Alyana tahu apa arti tatapan itu.
"Kenapa kau selalu membelakangi ku seperti ini?" Kania melirik sebentar. Sebelum membalikan tubuhnya dengan ragu, untuk melihat pemuda yang kini tengah menatap dirinya tajam. Kania benci tatapan itu, sehingga membuat dirinya menundukkan sedikit kepalanya. "Kau tidak ingin menatapku?"
"Pergilah dari hadapan ku, aku tidak ingin melihat mu." Ucap pelan Kania yang masih terdengar oleh pemuda itu.
Gandhi tersenyum kecut mendengar perkataan dari gadis yang berada di hadapannya. Pemuda itu berdacak pinggang seraya menatap sekelilingnya, ternyata semua mata yang berada disana kini tengah menatap kearahnya. Lalu pemuda itu beralih menatap Kania yang masih menundukkan kepalanya.
Tanpa diduga tangan kekar milik Gandhi mengangkat dagu gadis itu, buku yang berada ditangan kiri pemuda itu terjatuh, saat Gandhi mendekatkan wajahnya, membuat Ranni susah payah untuk menelan ludahnya sendiri. Sedangkan pemuda itu semakin mendekatkan wajahnya, sampai hembusan napasnya menerpa wajah cantik milik gadis itu, sehingga Kania langsung memalingkan wajahnya menoleh kearah kanan dengan pandangan kosong.
Pemuda itu yang melihat Kania memalingkan wajahnya langsung menjauhkan wajahnya dan berjalan keluar dari perpustakaan dengan perasaan yang bercampur aduk. Gandhi juga melewati Laila begitu saja, yang sejak dari tadi berdiam diri melihat pemandangan yang membuat dirinya sakit. Sedangkan Kania langsung mengatur napas dan detak jantunnya. Lalu gadis itu pergi meninggalkan perpustakaan, ia begitu risi dilihat semua pasang mata yang berada didalam perpustakaan itu.
Kania tidak tahu harus pergi kemana sekarang, karna dirinya kini ingin menangis sekencang mungkin, hanya kejadian tadi dirinya begitu malu sendiri dengan dirinya sendiri. Dan di sinilah Kania menangis sekarang, ditempat yang jarang sekali didatangi oleh murid, mana lagi kalau bukan atap sekolah.
Tanpa Kania sadari seorang gadis yang sejak dari tadi mengikuti dirinya, kini menatap Kania tidak tega. Gadis itu merasa bersalah, karna pergi meninggalkan gadis itu tadi. Seharusnya dirinya tetap bersama Kania.
Sebelum Alyana berjalan mendekati Kania, dirinya mengusap pipinya yang dibasahi oleh air yang tidak sengaja keluar dari matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Us
Teen FictionCOMPLETED Hidup bersama sendari kecil didalam panti. Mereka tidak tahu dari mana asal mereka. Tidak ada satupun juga yang ingin mengadopsi keenam gadis itu, sampai pengurus panti menghembuskan napas terakhirnya pun mereka masih menepati panti itu. S...