36 | About Us

46 10 0
                                    

Kalo ada penulisan kata yang salah, tolong dibenerin ya..

Selamat membaca..

***

Semilir angin malam menyejukkan suasana hati pemuda yang baru saja keluar dari rumahnya itu. "Huh, semoga dia mau pergi bersamaku keacara yang malas ku kunjungi. Tapi jika dia berada diacara itu, mungkin bisa menjadi alasanku untuk bisa bertahan lama diacara itu." Ucap pelan pemuda yang kini tengah mengendarai mobil hitamnya itu.

Sampainya dirumah yang sering pemuda itu kunjungi. Mobil hitam itu terparkir dihalaman rumah itu. Dan Aldyan, pemuda itu keluar dari dalam mobilnya. Lalu berjalan mendekati rumah itu. Saat tangan kanan Aldyan ingin memencet bel rumah itu, pintu di depannya terbuka dan menampakan gadis yang akan dirinya jemput. Tapi gadis itu membuka pintu dengan mendumel tidak jelas, itu tidak masalah bagi Aldyan. Kini yang membuat hatinya bermasalah melihat gadis itu terlihat anggun malam hari ini. Mengenakan dress warna hitan selutut dengan tas slempang yang melekat pada tubuh gadis itu. Dan jangan lupakan dengan surai panjang gadis itu yang dikucir kuda, membuat gadis itu terlihat sangat manis dimata seorang Aldyan. "Kenapa aku harus mengenakan pakaian seperti ini? Dan ini juga, kenapa aku diharuskan menggunakan hak tinggi seperti ini. Aku lebih nyaman memakai sepatu dari pada hak yang membuat kakiku pegal."

Gadis itu juga belum menyadari kehadiran Aldyan yang berdiri di depannya, karna kedua mata Ayunda masih saja melihat barang yang terpasang di kakinya, dan baju yang dirinya kenakan. Sampai manik mata indahnya tidak sengaja melihat kaki yang berdiri di depannya, dengan refleks Alyana mendongakan kepalanya untuk melihat siapa pemilik kaki itu. Saat manik manohi itu menubruk dengan manik mata milik Aldyan, gadis itu langsung terpesona dengan pemuda di hadapannya yang kini langsung menyunggingkan senyum di bibirnya. "Berkediplah, aku tahu jika kau itu terpesona dengan ketampananku."

Seketika itu Alyana langsung mengerjap-ngerjapkan matanya dengan mengalihkan pandangannya, dan itu membuat Aldyan terkekeh geli melihat tingkah Alyana yang begitu lucu di matanya. "Kenapa kau datang kemari? Pulanglah."

"Kau mengusirku? Padahal aku kesini mengajakmu untuk pergi bersama " Ujar Aldyan dengan menaik turunkan kedua alisnya untuk menggoda gadis yang kini melebarkan kedua matanya.

"Kukira kau tidak akan datang kemari." Suara yang berasal dari belakang Alyana, membuat gadis itu membalikkan tubuhnya untuk melihat saudaranya yang kini berjalan keluar, sehingga Alyana memundurkan langkahnya sampai diteras depan. "Bawalah dia datang bersamamu, dan lindungilah dia."

Alyana yang mengerti arti pembicaraan kedua pemuda itu. Ingin sekali dirinya memukul Gandhi, tapi sayangnya kedua orang tuanya dan saudara perempuannya keluar rumah dengan pakaian yang begitu sangat anggun, sehingga Alyana urungkan niatnya untuk memukul Gandhi. "Kau ingin datang bersamanya?" Tanya pria yang bernama Wisnu.

Sedangkan Aldyan hanya mengiyakan apa yang dikatakan pria itu. "Pergilah kita akan bertemu disana." Ujar pria itu seraya menepuk punggung Aldyan, lalu berjalan diikuti kedua wanita yang hanya tersenyum kepada Alyana dan Aldyan. Sedangkan Gandhi menunjukkan senyum jahil kepada Alyana. Lalu menyusul berjalan kearah mobil yang akan dirinya tumpangi bersama keluarganya. Kecuali dengan, Aurystella Alyanara.

Saat Alyana mengikuti langkah Gandhi, membuat pemuda itu menatap Alyana dengan mengendus kesal. "Pergilah bersamanya, mobil yang akan aku tumpangi tidak akan muat jika kau ikut denganku." Cetus Gandhi lalu membalikan tubuh Alyana dengan sedikit dorongan, agar gadis itu tidak mengikuti dirinya lagi.

Dengan kesal gadis itu membalikan tubuhnya melihat. Gandhi berjalan cepat kearah mobil putih itu. Dan saat Gandhi masuk kedalam mobil, kendaraan beroda empat itu pergi meninggalkan Alyana. Kenapa keluargaku sangat tega sekali? Pikir Alyana yang kini beralih menatap pemuda yang berdekap dada menatapnya.

"Pergilah sendiri keacara itu, aku tidak jadi datang keacara itu." Ketus Alyana sebelum berjalan masuk kedalam rumah. Tapi saat gadis itu berada diambag pintu, pergelangan tangannya langsung diraih oleh pemuda itu. Membuat Alyana menatap Aldyan degan alis yang terangkat.

"Malam ini saja, pergilah bersamaku." Ucap kalem Aldyan menatap manik mata Alyana dengan tatapan sendu, berharap gadis itu ikut pergi bersamanya.

Helaan napas panjang dari gadis itu, yang kini langsung melepas tangan Aldyan dari pergelangannya. Lalu berjalan dimana mobil hitam milik Aldyan terparkir, dan itu membuat Aldyan menyunggingkan senyum manis di bibirnya seraya berjalan menyusul Alyana yang sudah duduk manis didalan mobil itu.

***

Lunna yang kini menatap dirinya sendiri dipantulan kaca itu, seraya tersenyum nanar. Karna ini pertama kalinya ia mengikuti acara yang mungkin tidak akan pantas untuk dirinya. "Kau sangatlah cantik, ini pertama kalinya aku merias wajah cantikmu."

"Apa aku pantas mengikuti acara seperti itu?" Tanya pelan Lunna yang kini menatap wanita yang merias wajahnya tadi.

"Kenapa tidak? Turunlah semua orang menunggumu." Dengan ragu Lunna menganggukan kepalanya. Lalu berjalan keluar kamar itu. Dengan perasaan yang begitu sangat ragu, gadis itu menuruni anak tangga satu persatu. Dan itu langsung menjadi pusat perhatian semua tamu yang langsung melihat kagum kearah Lunna yang menundukkan sedikit kepalanya.

Gadis itu mengenakan dress warna biru gelap, dengan rambut yang terurai. Membuat seorang pemuda yang sejak dari tadi melihat gerak-gerik gadis itu, tanpa berkedip. Membuat Arkan yang berada di sampingnya dengan jahil menyenggol pelan lengan Arsya, temannya itu. Sehingga sang empu langsung menatap Arkan malas. "Aku tahu jika kau mengagumi gadis itu malam ini." Canda Arkan yang tidak akan membuat seorang Arsya menyunggingkan sedikit senyum di bibirnya.

"Aku juga tahu, jika kau mengagumi gadis yang mengenakan dress warna coklat gelap itu." Sahut Arsya sebelum pergi meninggalkan Arkan yang kini langsung menatap satu gadis yang menggunakan dress warna yang dikatakan temannya itu.

Sungguh gadis itu terlihat manis dimata Arkan malam ini. Apa dirinya mulai menyukai gadis itu? Sepertinya itu tidak mungkin, karna dirinya mendekati banyak wanita itu hanya untuk menyenangkan hatinya saja. Tidak lebih dari itu. Tapi kenapa malam ini, gadis itu membuat dirinya ingin terus menatap wajah manis milik gadis itu?

Saat Della menoleh kesamping kiri, manik matanya tidak sengaja menubruk mata elang milik Arkan. Itu membuat Arkan tersenyum kaku kepada gadis itu. Dan tanpa diduga, Della membalas senyuman dari Arkan. Lalu mengalihkan pandangannya, melihat Lunna yang berjalan mendekat kearahnya dengan sedikit menundukkan kepalanya. "Seharusnya aku tadi tidak usah turun, jika menjadi pusat perhatian seperti ini."

"Kau terlihat cantik malam ini." Puji Della menatap temannya yang langsung menghela napas gusar.

"Kaupun juga terlihat manis malam ini." Sahut cepat Lunna, lalu melihat sekelilingnya, mencari keberadaan teman-temannya yang lain. "Apa mereka belum datang?"

"Lea dengan Kania tengah mengambil minum. Nindy, dia berjalan kemari. Sedangkan Alyana, sepertinya gadis itu belum datang. " Lunna hanya ber'oh'ria menanggapi perkataan dari Della.

"Kau terlihat cantik sekali." Puji Nindy yang kini berdiri didekat kedua gadis itu.

"Kaupun juga sangat cantik mengenakan dress itu." Sahut Lunna sembari memegang lengan Nindy yang selalu mengembangkan senyum di bibirnya.

"Wahh, apakah kau itu Lunna? Aulluna Pradipcya?" Gadis itu memutar kedua bola matanya malas mendengar perkataan dari Lea yang baru saja berdiri di sampingnya. Sedangkan Kania, gadis itu menatap Lunna dengan senyum manis di bibirnya, tanpa berkomentar sedikitpun. Karna gadis itu sejak kecil mengakui, jika Lunna sangatlah cantik.

Sedangkan dari jarak yang tidak begitu jauh dari para gadis itu. Para pemuda yang masih saja melihat gerak-gerik gadis-gadis itu dengan pandangan kagum. "Aku akui jika mereka itu sangat cantik dan manis." Mereka hanya menganggukan kepala, menyetujui apa yang dikatakan Ganang.

"Apa Gandhi dan Aldyan belum datang?" Tanya Leon yang sejak tadi belum juga melihat batang hidung kedua pemuda itu. "Padahal Della, gadis itu sudah datang kemari. Apa Aldyan tidak ikut? Walaupun dia tidak menyukai acara seperti ini, setidaknya dia datang kemari menemuiku, walau itu hanya sebentar. "Oceh Leon yang membuat teman-temannya itu membubarkan diri, meninggalkan Leon sendiri.

-About Us-

About UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang