Kalo ada penulisan kata yang salah, tolong dibenerin ya..
***
Jika kau tidak bisa ku miliki didunia, akan ku pastikan kau menjadi milikku disurga.
-Aldyan-
••
"Ya, ada apa dengan kalian? Kenapa sejak tadi diam saja?" Satu detik, satu menit, tidak ada sahutan sama sekali dari mereka. Membuat Della geram sendiri melihat teman-temannya yang tidak seperti biasanya. Kecuali dengan Nindy yang menatap Della sebentar lalu beralih melihat keempat gadis yang hanya diam dibangku mereka masing-masing, dengan pandangan penuh tanya. "Ya, aku tanya dengan kalian. Kenapa kaian tidak menjawabnya?" Suara Della meninggi, membuat seluruh penghuni kelas langsung menatap kearahnya dengan pandangan yang berbeda-beda. Tapi, berbeda dengan keempat gadis itu yang masih saja diam dengan pandangan yang tidak bisa diartikan.
"Sudahlah dari pada kau berteriak membuat kegaduhan, lebih baik kau diam saja." Ujar kelam Nindy menatap Della yang tengah kesal karna teman-temannya itu mengabaikan dirinya.
Nindy, gadis itu bukannya tidak penasaran dengan keempat gadis itu kenapa. Tapi dirinya memilih untuk diam saja, dari pada mengeluarkan suara kepada mereka yang tidak akan direspon saat seperti itu. Saat gadis itu ingin melanjutkan membaca buku materi yang berada diatas meja, tapi penglihatannya kini langsung melihat Alyana yang berjalan keluar kelas, dan diikuti oleh Lunna. Sebenarnya ada apa dengan mereka? Kenapa sikap mereka begitu aneh? Apakah dirinya bertanya saja kepada Lea yang kini menelungkupkan kepalanya diantara kedua tangannya diatas meja. Tapi, dirinya juga tidak ingin mengganggu gadis itu sekarang.
"Aku akan pergi ketoilet sebentar." Della hanya berguman menanggapi perkataan dari Nindy yang sudah berjalan keluar kelas. Padahal Nindy tidak kebelet sama sekali, dirinya hanya ingin mencari kedua temannya yang tadi keluar dari kelas, kemungkinan temannya itu tengah membutuhkan teman untuk diajak curhat. Tapi dirinya harus mencari mereka kemana? "Aku akan mengikuti langkah kakiku saja." Guman pelan Nindy yang terus berjalan melewati lorong sekolah yang masih ramai, karna pembelajaran hari ini akan dimulai jam delapan. Entah alasannya apa, dirinya juga tidak tahu. Tapi gadis itu akan menebak, jika kelas masuk jam delapan, biasanya itu tidak akan jadwal pembelajaran hari ini. Semoga saja.
Saat kaki jenjang milik Nindy ingin menginjak anak tangga, manik matanya melihat seorang gadis yang begitu tidak asing baginya lagi. Gadis itu tengah dihadang oleh seorang pemuda yang kerap sekali mengganggu temannya itu. Apa dirinya menghampiri temannya itu saja? Atau pergi mencari kemana perginya Lunna? Tapi, saat Nindy ingin melanjutkan untuk menaiki anak tangga itu. Dirinya juga tidak sengaja melihat temannya yang bernama Lunna itu, yang tengah berbicara dengan pemuda yang dirinya sangat kenal itu. Lebih baik dirinya kembali saja kekelas, mungkin kedua temannya itu akan baik-baik saja jika bersama kedua pemuda itu.
Sedangkan Lunna yang mengetahui kehadiran Nindy, ingin sekali gadis itu menghampiri temannya itu. Tapi pemuda di hadapannya sekarang selalu menghalangi dirinya untuk pergi. "Minggirlah, aku ingin kembali kekelas."
"Kau bisa kembali kekelas mu," Pemuda itu kembali melangkahkan kakinya mendekat Lunna yang sudah sangat terpojok, sebelum melanjutkan perkataannya. Dan jarak mereka berdua kini begitu sangat dekat, membuat para murid dari kalangan kelas unggulan kini melihat kearahnya dengan pandangan yang tidak bisa Lunna artikan. Salahkan saja dirinya yang masuk kedalam kandang para singa. Padahal niatnya kekelas unggulan hanya ingin mencari Leon, tapi pemuda itu tidak ada. Dan yang paling sialnya, dirinya harus bertemu dengan pemuda yang tengah memajukan wajahnya untuk melihat wajah cantik Lunna. Tapi itu sangat menyisak Lunna, karna dirinya harus menahan napas. Pemuda di depannya ini benar-benar sangat gila. "Jika kau menciumku."
KAMU SEDANG MEMBACA
About Us
Teen FictionCOMPLETED Hidup bersama sendari kecil didalam panti. Mereka tidak tahu dari mana asal mereka. Tidak ada satupun juga yang ingin mengadopsi keenam gadis itu, sampai pengurus panti menghembuskan napas terakhirnya pun mereka masih menepati panti itu. S...