Kalo ada penulisan kata yang salah, tolong dibenerin ya..
***
Nindy dengan kesal keluar dari mobil itu dan mengikuti langkah pemuda yang menurut Nindy begitu gila itu. Bisa-bisanya pemuda itu bicara bahwa dirinya penggemar berat pemuda yang kini berjalan didepan Nindy. Tapi saat didepan pintu rumah itu, langkah kaki Nindy seketika berhenti. Nindy berjanji kepada dirinya, bahwa tidak akan pernah lagi berurusan dengan para pemuda itu.
Niatnya sekarang kini memundurkan langkahnya perlahan-lahan agar tidak menimbulakan suara sedikitpun. Tapi sialnya pemuda itu langsung membalikkan tubuhnya dan menatap Nindy begitu lekat. "Kau jangan berani-beraninya kabur dariku."
"Aku tidak akan kabur darimu." Ketus Nindy lalu berjalan masuk kerumah itu terlebih dahulu. Melewati pemuda itu begitu saja.
Sehingga membuat pemuda itu melongo melihat tingkah Nindy yang tidak pernah dirinya lihat. "Apakah dia sungguh saudaraku?" Guman pemuda itu sebelum mengikuti Nindy yang telah masuk kedalam rumah itu.
"Kenapa kau masih berdiri disini?" Tanya pemuda itu yang melihat Nindy berdiri didekat pintu utama.
"Bodoh. Kenapa aku masih berdiri disini? Inikan rumahmu, aku juga tidak akan asal masuk kerumah orang jika pemilik rumahnya belum mengijinkan ku masuk."
"Yasudah, ayo masuk." Tapi Nindy masih berdiri ditempat, membuat pemuda itu menjadi bingung sendiri. "Kenapa kau masih saja berdiri disitu? Bukankah aku sudah menyuruhmu masuk."
"Jika aku masuk, apa yang akan aku lakukan didalam?"
"Memuaskanku." Sahut asal pemuda itu sebelum masuk kedalam rumah, membuat gadis itu melebarkan kedua matanya dan menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Dirinya tidak akan masuk lebih dalam kerumah itu.
"Memangnya aku ini perempuan murahan apa. Aish." Nindy memilih untuk keluar rumah itu kembali, dan duduk diteras itu. Dirinya juga tidak akan bisa kabur dari rumah itu, karna pagar rumah itu penjaganya berbadan besar. Jika satu mungkin Nindy bisa melawannya, tapi sayangnya penjaganya itu kurang lebih ada lima orang dan badan mereka itu besar semua. "Hahh, kapan aku mempunyai rumah sebesar ini?"
Tanpa Nindy sadari wanita paruh baya kini tengah berdiri diambang pintu itu, menatap Nindy dengan menyunggingkan senyum di bibirnya. Wanita itu ingin sekali memeluk putrinya itu, tapi dirinya belum bisa melakukan itu. Karna dirinya tidak ingin membuat gadis itu bingung akan kelakuannya. "Beruntung sekali dia tinggal dirumah sebesar ini."
Kau juga akan menjadi gadis yang sangat beruntung sayang. Tunggulah sebentar lagi. Batin wanita itu yang masih berdiri di posisinya dengan senyum yang tidak luntur dari bibirnya itu.
"Kenapa dia lama sekali? Apa aku pergi kesekolah duluan saja?" Nindy belum juga sama sekali menyadari kehadiran wanita yang kini duduk dikursi yang tidak jauh dari Nindy. "Tapi, aku tidak tahu jalan daerah sini menuju kesekolah."
Entah bermimpi apa semalam wanita itu bisa melihat langsung putrinya itu. Saat wanita itu menoleh kearah pintu yang menampakan sosok gadis kecil yang ingin berteriak, wanita itu langsung meletakkan jari telunjukanya di bibirnya itu, agar gadis kecil itu tidak berteriak.
Dan dengan polosnya gadis kecil itu menganggukkan kepalanya dan berjalan pelan mendekati wanita itu dengan berbisik tanpa suara, membuat wanita itu mengerutkan keningnya dan menyuruh gadis kecil itu mengulangi apa yang dikatakan gadis kecil itu. "Siapa kakak itu? Kenapa dia duduk disitu?" Bisik gadis kecil sepelan mungkin, agar Nindy tidak mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Us
Teen FictionCOMPLETED Hidup bersama sendari kecil didalam panti. Mereka tidak tahu dari mana asal mereka. Tidak ada satupun juga yang ingin mengadopsi keenam gadis itu, sampai pengurus panti menghembuskan napas terakhirnya pun mereka masih menepati panti itu. S...