Kalo ada penulisan kata yang salah, tolong dibenerin ya..
***
Diam seperti patung, yang sekarang dialami gadis cantik yang bernama Alyana itu. Karna melihat wanita yang kemarin disekolah, walaupun jarak mereka sedikit jauh. Dan seingat Alyana, wanita itu adalah putri pemilik yayasan yang dirinya menuntut ilmu. Dirinya juga baru mengetahui bahwa Gandhi dan wanita itu bersaudara. "Bukankah mobil yang kita tumpangi itu milik Aldyan, kenapa berakhir dibawa oleh Ganang?"
"Karna kita itu teman, jadi mobil itu akan dibawa oleh siapapun. Jika sang pemiliknya mengijinkan." Sahut Gandhi yang sangat tidak jelas bagi Alyana.
"Kau itu bicara apa? Kenapa aku tidak mengerti?" Cetus Alyana melihat Gandhi yang tengah menatapnya juga.
"Hanya orang-orang tertentu yang bisa mengerti apa yang aku katakan. Dan sepertinya, kau tidak termasuk orang-orang tertentu itu." Gadis itu menipiskan bibirnya sembari memutar bola matanya malas.
"YA, KAU." Dengan cepat Gandhi membalikan tubuhnya dan langsung membelakangi Alyana untuk melihat orang yang berteriak kepadanya. "Ya, siapa yang kau bawa? Semalam kau tidur dimana? Kenapa tidak pulang kerumah?"
Gandhi hanya cengengesan tidak jelas seraya menggaruk tengkuknya, membuat wanita itu berdacak pinggang, karna kelakuan pemuda itu membuat dirinya geram. "Aku tidak butuh senyumanmu itu, aku hanya butuh jawabanmu. Cepat katakan." Pemuda itu sama sekali tidak mengeluarkan suara, sampai Alyana memberanikan diri untuk melihat wanita itu dengan memiringkan kepalanya. Dan seketika itu membuat wanita itu membelalakan kedua matanya, melihat Alyana yang kini tengah menggeser posisinya untuk tidak berada dibelakang Gandhi lagi.
"Kenapa dia?" Tanya Alyana yang melihat wanita itu langsung membalikan badannya dan berjalan cepat pergi dari hadapan mereka berdua.
"Jika aku tahu, aku akan menjawabnya." Sahut asal Gandhi sebelum melangkahkan kakinya masuk lebih dalam rumah itu. Dan mau tidak mau gadis itu mengikuti Gandhi dari belakang dengan menundukkan sedikit kepalanya.
Sampai diruang keluarga Gandhi melihat dua wanita yang tengah bicara dengan serius, dirinya tahu bahwa mereka berdua tengah membicarakan gadis yang berada di belakangnya sekarang. Sedangkan pria yang duduk disofa itu tengah membolak-balikan koran ditangannya itu, Gandhi melihat ayahnya yang tidak perduli dengan pembicaraan kedua wanita itu, dan tidak perduli dengan ke hadirannya. "Ya, apa kalian tidak menyadari bahwa aku berdiri disini?"
Mereka semua langsung menoleh kearah Gandhi yang berdacak pinggang dengan wajah songongnya, membuat kedua wanita itu menatap malas Gandhi. Dan sedangkan pria itu hanya menatap putranya itu sebentar. "Apa kalian tengah marah denganku? Karna semalam aku tidak pulang kerumah." Volume suara Gandhi sedikit meninggi, membuat Alyana langsung memukul punggung Gandhi dengan keras, sehingga pemuda itu berteriak kesakitan.
"Ya, kenapa kau malah memukulku?"
"Kau itu pemuda yang tidak sopan, meninggikan suaramu saat berbicara dengan orang yang lebih tua darimu." Suara Alyana juga tak kalah tinggi dari suara Gandhi, sehingga membuat ketiga pasang mata itu langsung menoleh kesumber suara gadis itu. Dan dengan refleks pria yang memegang koran itu langsung berdiri dan menaruh koran itu dibawah meja dekat dengan pria itu. Sedangkan kedua wanita itu hanya diam melihat gadis itu yang tengah menatap Gandhi dengan pandangan mengejek, karna pemuda itu kalah omongan dengannya.
"Seharusnya kau berperilaku sopan denganku." Ujar Gandhi menatap Alyana.
"Kau tidak sopan dengan mereka, kenapa aku harus sopan denganmu? Memangnya kau itu siapaku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
About Us
Teen FictionCOMPLETED Hidup bersama sendari kecil didalam panti. Mereka tidak tahu dari mana asal mereka. Tidak ada satupun juga yang ingin mengadopsi keenam gadis itu, sampai pengurus panti menghembuskan napas terakhirnya pun mereka masih menepati panti itu. S...