35 | About Us

34 9 0
                                    

Kalo ada penulisan kata yang salah, tolong dibenerin ya..


***

Sial, lengan Lunna kini langsung dicengkram kuat oleh Leon. Padahal dirinya tadi sudah berlari begitu kencang, tapi kenapa Leon tetap saja bisa mengejar dirinya? Tanpa mengucapkan sepatah kata, Lunna langsung menginjak kaki Leon dengan kencang. Membuat sang empu langsung melepas lengan Lunna dan mengaduh kesakitan. Dan itu membuat Lunna langsung melarikan diri dari Leon.

Saat sampainya diatap sekolah Lunna langsung mengatur napasnya yang terputus-putus, seraya memijat pelipisnya dengan mata yang terpenjam. "Kenapa Kepalaku pusing sekali?" Guman Lunna sembari berjalan ketepi atap sekolah itu, dan duduk dengan memegang kepalanya yang semakin pusing. "Semoga teman-temanku baik-baik saja."

"Bolehkah aku duduk disamping mu?" Suara itu membuat Lunna langsung mendongakkan kepalanya, menangkap sosok pemuda yang memiliki raut wajah yang tampan, tapi aku sedikit pucat.

"Duduklah." Ucap pelan Lunna seraya melihat kembali kedepan. Sedangkan pemuda itu langsung duduk disamping Lunna dengan kaki yang mengambang. Walaupun Lunna tidak mengetahuinya, tapi seorang Leon yang berdiri tidak jauh dari mereka, mengetahuinya dengan mulut yang sedikit terbuka. "Kau belum pulang? Padahal ini sudah waktunya pulang."

"Kau rela aku pulang, padahal aku ingin lebih dekat lagi mengenalmu. Dan satu lagi tolonglah aku." Kening Lunna bergelombang mendengar perkataan pemuda yang menatap dirinya dengan senyum yang sempurna. "Kau percaya, jika aku ini manusia."

Seketika itu Lunna langsung berdiri dari duduknya dan diikuti oleh pemuda itu. Manik mata Lunna turun kebawah melihat kaki yang tidak menapak, dengan refleks Lunna memundurkan langkahnya dengan kedua mata yang tidak percaya melihat pemuda yang masih saja mengembangkan senyum di bibirnya itu. "Aku tidak akan menakutimu. Aku hanya ingin kau membantuku."

Lunna menggeleng-gelengkan kepalanya. Dirinya tidak akan mencampuri masalah makhluk-makhluk seperti itu. "Kumohon, bantulah aku." Lunna masih saja menggeleng-gelengkan kepalanya. Membuat pemuda itu lama-kelamaan menjadi geram sendiri, dan dengan perlahan-lahan wajah pemuda itu berubah menjadi mengerikan. Darah kental mulai memenuhi wajah pemuda itu, sehingga Lunna menutup hidungnya dengan tangan kirinya. Karna bau amis yang masuk keindra penciumannya, membuat perutnya menjadi mual.

Sedangkan Leon yang juga melihat itu semua dengan cepat berlari mendekati Lunna dan menarik pergelangan tangan gadis itu untuk pergi dari atap sekolah. Dirinya ingat sekarang, bahwa ia juga bisa melihat makhluk seperti itu. Selama ini dirinya hanya berpura-pura tidak bisa melihat makhluk seperti itu, sampai lupa jika bisa melihat makhluk yang selama ini dirinya hindari.

Saat didalam mobil, Lunna masih saja diam tanpa bersuara, sampai mobil itu berjalan meninggalkan lingkungan sekolah. Dan Leon masih saja melihat pemuda itu dari balik spion, lalu dengan kecepatan tinggi Leon membawa Lunna menjauh dari sekolah itu. Sesekali Leon juga melihat Lunna yang masih saja tidak bergeming. "Kau baru melihat makhluk seperti itu?"

"Hmm, entahlah. Aku tidak tahu." Ucap pelan Lunna seraya memejamkan kedua matanya sejenak. "Padahal aku kerap sekali datang keatap sekolah, tapi kenapa makhluk itu baru muncul dihadapan ku sekarang?"

"Sepertinya aku tidak asing dengan wajahnya. Tapi kenapa aku tidak ingat siapa pemuda itu." Lunna langsung menatap Leon yang fokus menyetir mobil yang dirinya tumpangi saat ini.

"Kau mengenalnya?" Tanya Lunna kepada Leon yang hanya diam membisu.

Walaupun sekarang dirinya sudah ingat, siapa pemuda yang berada diatap sekolah itu. Ia tidak akan menceritakan kepada Lunna untuk saat ini. Jika gadis yang berada di sampingnya itu sudah tenang, dan bisa menerima keluarganya kembali. Kemungkinan dirinya akan menceritakan siapa pemuda itu. "Kenapa kau tidak menjawab apa yang aku katakan? Apa kau mengenalnya? Jika kau mengenalnya, beritahu kepadanya. Jika aku tidak bisa menolongnya." Seru Lunna menatap Leon yang masih saja tidak memperdulikan apa yang dikatakan Lunna.

About UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang