Kalo ada penulisan kata yang salah, tolong dibenerin ya..
***
Motor itu terparkir cantik di parkiran cafe itu. Pemuda yang kerap sekali dipanggil Leon, kini melangkahkan kakinya masuk kedalam cafe. Untuk menemui teman-temannya, dan mereka ternyata sudah berkumpul. Tapi ada yang kurang dari mereka, dimana seorang Arkan? Biasanya pemuda itu yang lebih awal darinya, tapi kanapa sekarang tidak terlihat batang hidungnya? "Apa dia tidak kemari?" Tanya Leon sembari duduk didekat Bobby.
Sedangkan yang lainnya, hanya menatap Leon. Mereka tahu siapa yang dimaksud pemuda yang baru saja duduk itu. "Sepertinya dia tengah mencari gebetan baru." Sahut asal Bobby yang langsung mendapat jitakan dari Ganang.
"Bukankah dia menyukai anak beasiswa itu, kenapa dia mencari gebetan baru?" Ujar Leon melirik sebentar ke Bobby yang tengah meminum kopinya.
"Dan bukankah kau juga menyukai temannya itu?" Timpal Gandhi yang tidak mengalihkan pandangannya dari layar benda pipih itu.
"Kaupun juga menyukai temannya, tapi sayangnya kau ditolak terus." Canda Aldyan seraya terkekeh.
"Seharusnya kau itu juga sadar diri. Kau belum mengatakan cinta kepadanya, tapi sudah ditolak terlebih dahulu. Dan itupun dengan cara mentah-mentah." Perkataan Ganang membuat Aldyan membasahi bibirnya. Sedangkan Gandhi yang berada di sampingnya hanya tersenyum tipis, setipis mungkin, sampai tidak terlihat jika dia tengah tersenyum.
Dan Arsya yang sejak tadi hanya diam mendengar perkataan dari teman-temannya hanya tersenyum kecut. Ternyata tidak hanya teman-temannya saja yang mencintai seorang gadis yang selalu ditolak, dirinyapun juga sama seperti mereka. Menyukai seorang gadis yang selalu tidak pernah peka terhadap perasaannya. "Aku pulang."
Mereka langsung menatap Arsya yang beranjak dari duduknya. "Aku baru sampai disini, kenapa kau ingin pulang?"
"Aku mempunyai urusan yang lebih penting." Sahut Arsya untuk menanggapi perkataan dari Leon.
Saat sampai diparkiran Arsya tidak langsung menaiki motor kesayangannya itu, karna handphone yang berada disaku celananya berdering. Menandakan pesan masuk.
Setelah membaca pesan dari ayahnya, Arsya langsung menaiki motornya seraya memakai helmnya. Lalu melajukan motornya untuk menuju tempat yang telah diberi tahu ayahnya, dengan kecepatan yang tidak begitu kencang. Karna dirinya juga harus menjaga keselamatan saat memgendarai sepeda motor.
Ternyata tidak butuh waktu lama untuk sampai ditempat tujuan. Arsya menyipitkan matanya dibalik helmnya, saat melihat sosok pemuda yang begitu dirinya kenali. Lalu Arsya memelankan laju motornya sampai disamping motor pemuda itu. Dan pemuda itu langsung menoleh kearah Arsya yang tengah melepas helmnya seraya turun dari motornya. "Kau kesini untuk melihatnya juga?"
Pemuda itu hanya berguman pelan, melihat Arsya berjalan menghampirinya. "Apa mereka baik-baik saja?"
"Mungkin." Arsya mengikuti arah pandang pemuda yang berada di sampingnya.
"Kau kesini ingin melihat gadis itu atau saudara mu?" Pemuda itu tidak merespon apa yang dikatakan Arsya. Pandangannya masih tertuju kearah gadis yang kini tengah duduk dengan temannya didepan rumah itu.
Sedangkan dua gadis yang tengah bercanda didepan rumah itu, menyadari kehadiran kedua pemuda yang mereka kenal. Walaupun kedua gadis itu tidak langsung melihat kearah kedua pemuda itu, tapi mereka sesekali melihat kearah kedua pemuda itu melalui ekor mata mereka. "Apa kita perlu menegur mereka?"
KAMU SEDANG MEMBACA
About Us
Teen FictionCOMPLETED Hidup bersama sendari kecil didalam panti. Mereka tidak tahu dari mana asal mereka. Tidak ada satupun juga yang ingin mengadopsi keenam gadis itu, sampai pengurus panti menghembuskan napas terakhirnya pun mereka masih menepati panti itu. S...