09 | About Us

122 23 0
                                    

Kalo ada penulisan kata yang salah, tolong dibenerin ya..

***

Langkah kaki itu terhenti saat mendengar suara dari sang kakak yang tengah bicara dengan bunda tercintanya itu. "Sepertinya aku mengetahui keberadaan putri kecilmu itu bunda."

Kedua wanita itu sepertinya tidak menyadari kehadiran pemuda yang berdiri tidak jauh dari mereka. "Dia juga bersekolah diyayasan milik ayah."

Pemuda itu sesekali mengerutkan keningnya, karna tidak begitu paham dengan alur cerita kadua wanita itu. "Dia masih hidup bunda."

"Kau tahu dari mana? Kalau putri kecilku masih hidup." Tanya sang bunda seraya memegang kedua bahu anak pertamanya itu.

"Dia memakai kalung yang sama persis milik keluarga ini bunda." Pemuda itu berpikir keras, karna perkataan yang sejak dari tadi belum juga dirinya pahami.

Pemuda itu akhirnya berjalan mendekati kedua wanita itu, sehingga membuat sang bunda yang mengetahui kehadiran putranya itu. Langsung menyuruh pemuda itu untuk duduk di sampingnya. "Apa kau mendengarnya?" Pemuda itu hanya berguman pelan seraya menganggukan kepalanya sebentar, lalu menatap wanita yang duduk di hadapannya sekarang dengan alis yang terangkat sebelah.

"Ku kira kau akan tinggal di apartemen mu." Cetus pemuda itu, membuat sang wanita menipiskan bibirnya seraya memutar bola matanya malas, karna mendengar penuturan dari sang adiknya itu.

"Aku mempunyai rumah, kedua orang tuaku menerima diriku dua puluh empat jam. Dan aku akan tinggal dirumah ini." Sahut asal wanita itu seraya tersenyum miring melihat ekspresi adiknya yang begitu tidak suka.

Sedangkan wanita disamping pemuda itu hanya tersenyum simpul, seandainya putri kecilnya juga berada disini pasti dirinya akan merasa senang sekali. "Gandhi?" Pemuda itu menoleh kesamping kirinya, dan mendapati bundanya yang kini tengah mengusap punggungnya dengan lembut. "Apa sekolah mu baik-baik saja?"

Gandhi melihat sebentar kearah kakaknya, lalu tersenyum kepada bundanya seraya memegang punggung tangan sang bunda. "Tidak baik bunda, karna orang yang aku sayangi kini menjauhi diriku."

Wanita yang didepan Gandhi menaikan alisnya. "Syukurlah, dari pada harus didekat mu. pasti hidupnya akan menderita jika masih berada disamping mu."

"Diamlah, tutup mulutmu." Kesal Gandhi menatap tajam kakaknya itu. Sedangkan sang kakak langsung beranjak dari duduknya untuk kembali ke kamarnya. "Kenapa bunda mengijinkan dia tinggal disini?"

"Dia itu kakak mu, kau harus bicara sopan dengannya." Saat melihat senyum tulus dibibir sang bunda, Gandhi langsung menghela napas panjang lalu menyenderkan tubuhnya disenderan sofa. "Ya sudah, bunda mau bantu masak bibi didapur dulu."

Belum juga wanita itu melangkahkan kakinya Gandhi menahan tangan bundanya itu, sehingga wanita itu menoleh kembali kebelakang melihat putranya itu. "Apa aku mempunyai seorang adik? Dan siapa putri kecil bunda itu?" Pelan, membuat wanita itu menyunggingkan senyum di bibirnya.

"Iya, kau mempunyai seorang adik. Dan dia juga bersekolah diyayasan tempatmu itu. Tapi dia berada dikalangan kelas beasiswa. Bunda juga belum tahu seperti apa wajah adik mu itu." Setelah mengucapkan deretan kalimat, sang bunda lalu berjalan menuju kearah dapur.

Dan hanya ada satu nama yang terlintas diotaknya sekarang. "Apa gadis itu...?" Gandhi langsung beranjak dari duduknya dan berjalan sedikit berlari saat menaiki anak tangga.

About UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang