16 | About Us

88 15 0
                                    

Kalo ada penulisan kata yang salah, tolong dibenerin ya..

***

Setelah mobil itu mengantarkan Aldyan ke rumahnya, kini mobil putih itu berhenti disebuah rumah yang tak kalah mewahnya dengan rumah yang ditinggali Aldyan. Dan rumah itu yang paling dekat dengan rumah Aldyan.

"Turunlah." Gadis berwajah polos itu malah memalingkan wajahnya dari tatapan dingin dari seorang Leon. "Kubilang turunlah."

"Kenapa kau malah mengajakku turun? Apa kau sudah berpaling dari seorang Lea?" Seketika itu dengan paksa Leon menarik lengan gadis itu keluar dari dalam mobil.

Setelah itu, mobil meninggalkan rumah bak istana itu. "Ya, kenapa kau mengajakku kemari?" Kedua manik mata Lunna berkaca-kaca saat melihat mobil itu menjauh darinya.

"Kau menangis?"

"Tidak." Sahut cepat Lunna. Tapi dirinya juga tidak bisa menahan air matanya yang kini mengalir membasahi pipi mulusnya. Dan itu membuat Leon tersenyum tipis. Lalu merangkul pundak Lunna dan mengajaknya untuk masuk kedalam rumah.

"Kau lucu sekali adikku."

Adik? Siapa? Aku? Tidak, aku tidak pernah mempunyai seorang kakak. Boro-boro seorang kakak, orang tua saja tidak punya. Batin Lunna.

"Bun.. Yah.. Leon pulanggg. Leon bawa mainan baru." Suara pemuda itu menggema diruangan itu. Membuat kedua orang yang menjadi sepasang suami istri itu menghanpiri Leon dengan terkejut, karna melihat seorang gadis yang berada dirangkulan Leon.

Sedangkan Lunna hanya menatap mereka. Sadar akan sesuatu yang mengganjal dihatinya. Lunna langsung melepaskan tangan Leon dari pundaknya dan menghampiri kedua orang tua Leon. Lalu menyalami seraya tersenyum. "Nama saya Lunna tante om. Saya juga nggak tahu, kenapa dia bawa saya kemari." Kedua orang tua Leon menyunggingkan senyum di bibirnya untuk membalas senyuman yang terpancar dari bibir Lunna.

Wanita yang sering dipanggil bunda oleh Leon kini langsung memeluk Lunna dengan air matanya yang membasahi pipi wanita itu. Sedangkan Lunna hanya mematung karna dipeluk seorang ibu yang tidak pernah dirinya rasakan. Entah keberanian darimana Lunna membalas pelukan dari wanita itu dengan senyum di bibirnya.

Leon yang tidak jauh dari mereka langsung menarik kedua sudut bibirnya sampai membentuk lengkungan yang sempurna. Sebentar lagi keluarganya akan benar-benar utuh, tapi adik laki-lakinya_. Dan dirinya tidak akan lagi melihat sang bunda menangis melihat sebuah foto gadis itu dan laki-laki itu.

Dirinya berjanji akan menjaga keluarganya ini, walaupun nyawa taruhannya. Ia juga tidak akan melepaskan adik itu.

"Kau tidak ingin memelukku nak?"

"Eoh," Lunna melepaskan pelukannya dengan bingung, lalu pria yang dipanggil Leon dengan sebutan ayah kini memeluknya, dia juga tidak sengaja menjatuhkan air dari matanya. Dan sesekali mencium kepala Lunna.

Gadis itu begitu bingung akan suasana seperti itu, dirinya hanya menurut saja apa yang dikatakan mereka, dari pada menyakiti hati mereka. "Kemarilah, duduklah sebentar. Ada yang harus saya katakan padamu."

Entah sudah berapa kali Lunna menurut, kini dirinya tengah duduk disamping bunda Leon. Wanita itu tak henti-hentinya tersenyum.

About UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang