Kalo ada penulisan kata yang salah, tolong dibenerin ya..
***
Niat awalnya sih keluar kelas ingin pergi keperpustakaan, tapi kaki jenjang miliknya tidak sejalan dengan apa yang ada di pikirannya. Sekarang dirinya kini berada dikursi penonton lapangan basket. Manik mahoninya melihat pemuda yang begitu lincah bermain dengan bola itu. Dan tidak lama, teman pemuda itu menghampiri dengan berlari dari arah kanan lalu merebut bola basket yang berada ditangan pemuda yang tadi dirinya mengunjungi rumahnya.
"Dua pemuda yang memiliki hak posisi yang tinggi." Gumannya yang masih setia melihat kedua pemuda yang saling berebut bola itu. "Hmm, beruntung sekali mereka."
Tanpa sengaja manik matanya menubruk bola mata pemuda yang irit bicara itu, membuat temannya langsung mengambil alih bola yang berada ditangan pemuda itu, sehingga membuat pemuda itu geram. Dan berjalan meninggalkan teman pemuda yang memasukan bola itu kedalam ring, lalu menatap kepergian pemuda itu. "Memangnya dia tadi melihat siapa?" Tanya pemuda itu yang bernama Aldyan pada diri sendiri, seraya menoleh kekursi penonton dan mendapati sosok gadis yang tengah melihat kepergian temannya itu.
Saat Aldyan ingin melanjutkan bermain basket, gadis itu menoleh kearahnya dengan menarik kedua sudut bibirnya membentuk lengkungan yang sempurna. Sehingga membuat Aldyan membalas senyum manis dari gadis itu. Dan dengan refleks Aldyan melambaikan tangannya kearah gadis itu yang langsung menundukkan sedikit kepalanya sebentar.
Tanpa mereka sadari sepasang mata melihat kearah gadis itu seraya tersenyum kecut dengan bersedekap dada. "Ternyata tidak hanya sepupuku dan orang yang ku sayang dia dekati. Hem, Aldyan pun juga didekati olehnya. Dasar gadis murahan." Pelan, tapi masih bisa didengar oleh pemuda yang berdiri di belakangnya dengan rahang yang sedikit mengeras. Jika gadis di depannya sekarang bukanlah seorang perempuan, pasti dirinya sudah akan langsung memukul wajah itu.
"Akan ku beri waktu untuknya terlebih dahulu. Jika dia masih saja mendekati orang yang ku sayang, dia akan mati ditangan ku."
"Dan kau yang akan lenyap ditangan ku." Suara berat itu berasal dari pemuda yang menatap tajam gadis yang langsung membalikkan tubuhnya untuk melihat pemuda di belakangnya itu.
"Kau ingin melenyapkan sepupumu sendiri demi gadis itu?" Pemuda itu hanya berguman sebentar dan berjalan melihat sepupunya tidak perduli. "Gadis itu akan pergi sebentar lagi." Diakhiri dengan senyum yang tidak bisa diartikan.
Pemuda itu kini duduk disamping gadis yang sedikit terkejut karna kehadiran pemuda yang dipanggil Arsya itu. "Kau mengagetkan ku."
Tanpa bersuara Arsya menaruh kantong plastik warna hitam, yang pemuda itu bawa dari kantin. Sedangkan gadis itu hanya melihat kantong plastik yang berada di pangkuannya itu sebentar, dan beralih menatap Arsya yang tengah menyenderkan punggungnya dengan mata yang lurus kedepan melihat Aldyan yang tengah bermain bola itu sendiri.
"Kau membawa kantong plastik yang berisi roti dan susu. Apa ini untukku?" Perkataan dari gadis itu. Sembari menatap Arsya yang langsung berdiri dari duduknya, dan berjalan pergi meninggalkan gadis itu, untuk meyusul Aldyan yang tengah memasukan bola itu kedalam ring. "Trimakasih, aku akan memakannya." Teriakan dari gadis itu membuat Arsya membalikkan tubuhnya sebentar untuk melihat gadis itu dengan menyunggingkan senyum tipis, karna gadis itu langsung membuka bungkus roti itu.
"Kau tersenyum?" Ujar Aldyan yang berada disamping Arsya. Pemuda itu tidak menanggapi perkataan dari temannya itu, lalu mengambil alih bola itu. Sehingga membuat Aldyan tertawa, karna melihat sikap temannya itu. "Sepertinya mulai sekarang, kau akan banyak tersenyum, walaupun itu sangat tipis."
KAMU SEDANG MEMBACA
About Us
Teen FictionCOMPLETED Hidup bersama sendari kecil didalam panti. Mereka tidak tahu dari mana asal mereka. Tidak ada satupun juga yang ingin mengadopsi keenam gadis itu, sampai pengurus panti menghembuskan napas terakhirnya pun mereka masih menepati panti itu. S...