24 | About Us

71 11 0
                                    

Kalo ada penulisan kata yang salah, tolong dibenerin ya..

***

"Kenapa kau tidak bangun-bangun? Aku harus bagaimana sekarang." Guman Lea yang duduk dikursi samping ranjang yang ditiduri oleh Leon. "Padahal sudah satu jam kau tidur, apa kau tidak lelah?"

Tidak ada sahutan dari pemuda itu, padahal Leon tadi hanya pingsan sebentar. Tapi dirinya hanya berpura-pura tidur, karna ingin berada didekat gadis itu untuk lebih lama. "Kau itu sungguh manusia kerbau, kenapa pingsan lama sekali?" Ingin rasanya Leon tertawa, karna sejak dari tadi gadis itu tak henti-hentinya menggerutu. Tapi tunggu dulu, dia tadi mengatai dirinya apa? Manusia kerbau? Ya, apa dia tidak bisa membedakan wajah tampannya ini dengan kerbau apa? Aish, dasar beruang kutup.

"Jika kau tidak bangun, aku akan menyuruh wanita lain saja untuk menemani dirimu." Belum juga gadis itu beranjak dari duduknya, Leon langsung mengubah posisi tidurnya menjadi duduk bersila menatap gadis itu yang tengah terkejut, karna kelakuan pemuda itu.

"Kau merelakan diriku untuk wanita lain? Dasar wanita bodoh." Cetus Leon menatap Lea dengan bersedekap dada.

"Kau sejak tadi hanya berpura-pura tidur dan pingsan?" Tanya Lea penuh curiga. Sedangkan pemuda itu hanya menggaruk tengkuknya sebentar, lalu menatap gadis di depannya yang tengah menyipitkan matanya.

"Ya, aku tadi pingsan. Sungguh pingsan." Elak Leon membuat gadis itu mengembungkan pipinya sebentar.i

"Yasudah, kau sudah sadarkan? Aku pergi." Pemuda itu hanya menatap kepergian Lea dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.

"Seandainya kau tahu, aku sungguh menyayangi mu." Guman Leon, sebelum beranjak dari duduknya dan keluar dari ruangan kesehatan itu.

Saat pemuda itu berada diluar ruang kesehatan, Leon hanya melihat kesamping kanan dan kirinya sebentar. Lalu berjalan lurus dengan kedua tangan dimasukan kedalam saku celananya itu seperti biasa. Dan pemuda itu sekali tersenyum manis dengan murid beasiswa yang lalang dilorong itu, membuat mereka langsung membalas senyum dari seorang Leon. Jarang sekali loh pemuda itu menujukkan senyumannya, jadi mereka tidak akan menyianyiakan itu.

"Kau. Kau bukankah orang yang kemarin dibully dengan tema-temanku? Eh, tidak hanya teman-temanku saja, diriku pun juga ikut membully mu bukan." Gadis itu hanya menatap Leon sebentar, lalu melanjutkan langkahnya. Dirinya tidak ingin mempunyai masalah lagi dengan para pemuda itu. Dan soal cintanya terhadap Gandhi? Mungkin dirinya akan merelakan pemuda itu. Karna dirinya tahu, siapa dirinya dan siapa Gandhi. Dirinya tidak pantas disanding dengan Gandhi.

"Kenapa dia? Apa dia takut denganku? Padahal niatku tadi hanya ingin meminta maaf." Guman Leon menatap punggung gadis yang bernama Laila itu. Leon juga sempat membaca nametag gadis itu. "Laila. Gadis itu yang menyukai Gandhi bukan? Tapi sayangnya Gandhi hanya memilih gadis yang bernama Kania itu."

"Kau mendukung Gandhi dengan gadis murahan itu?" Dengan refleks pemuda itu langsung menoleh kesamping kanannya yang mendapati sosok gadis yang tak lain adalah sepupu dari temannya itu. "Ya, memangnya kelebihan apa yang gadis itu miliki. Sehingga kau mendukungnya bersama Gandhi."

"Kau itu kenapa? Muncul disamping ku dengan marah-marah seperti itu. Memangnya aku punya salah apa denganmu?"

"Kau itu sama saja menyebalkan."

"Salahku dimana coba? Kenapa dia menyebutku menyebalkan? Aish, apa semua wanita seperti itu?" Pemuda itu langsung mengusap wajahnya dengan kasar, saat melihat punggung gadis gila itu. Dan tanpa Leon ketahui dua pasang mata melihat kearah pemuda itu dengan tatapan penuh tanya.

About UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang