Kalo ada penulisan kata yang salah, tolong dibenerin ya..
***
Entah kenapa malam ini gadis itu ingin sekali keluar rumah tanpa mau ditemani oleh siapapun, karna ia ingin sendiri terlebih dahulu, ingin menenangkan hati dan pikirannya. "Mungkin malam ini, terakhir kalinya aku melihat cahaya bintamg itu." Ucap pelan gadis itu, seraya duduk dibangku yang sudah tersedia ditaman itu.
"Seharusnya, aku hari ini bertemu dengan teman-temanku terlebih dahulu." Gadis itu masih saja tersenyum melihat kearah langit yang dihiasi para bintang itu. "Awalnya aku tidak terlalu berharap untuk bisa bertemu dengan keluargaku. Tapi, takdir yang direncanakan oleh Tuhan itu sangat indah. Jika aku tidak tinggal dipanti, mungkin saat ini aku sudah menjadi orang yang sombong, karna kekayaan yang keluargaku punya."
Senyum manis dibibir itu kini luntur bersamaan liquid bening yang mengalir perlahan membasahi pipi mulus gadis itu. Sampai tangan kanannya mengusap pipinya dengan kedua matanya yang mengerjap-ngerjap. "Apa aku boleh duduk disini?" Kepala gadis itu menoleh kesamping kanannya, dan mendapati sosok gadis yang menjadi teman sekelasnya.
"Duduklah ini tempat umum." Sahut gadis itu kepada teman sekelasnya itu, dengan senyum manis dari bibirnya.
Dan keheningan menyelimuti kedua gadis itu dengan semilir angin malam. "Udara malam ini sangat dingin, kenapa kau tidak membawa jaketmu?" Teman gadis itu masih saja diam, menatap lurus kedepan.
"Kania?" Pelan terdengar dingin ditelinga gadis itu. "Kau gadis yang beruntung. Apa yang kau inginkan sekarang akan selalu terpenuhi. Kau mempunyai keluarga yang lengkap. Kau mempunyai cinta yang besar. Kau mempunyai banyak pelindung. Tapi," Temannya itu menoleh menatap Kania dengan tatapan yang tidak bersahabat. Sedangkan Kania hanya diam menatap kembali temannya itu.
"Malam ini kau akan mati." kedua manik mata Kania melebar mendengar perkataan dari temannya itu. "Kau akan mati."
Dengan refleks Kania berdiri dari duduknya dan diikuti oleh temannya itu yang kimi tersenyum miring kepada Kania. "Kau bukan Tuhan yang bisa mengambil nyawaku."
"Aku memang bukan Tuhan, tapi aku malaikat yang akan mencabut nyawamu." Cetus temannya itu yang bernama Laila.
"Kenapa kau ingin membunuhku? Apa itu hanya demi uang?" Laila hanya berguman sebentar lalu mencengkram lengan Kania, membuat sang empu meringis. Karna cengkraman tangan Laila terlepas dari lengan Kania, seketika itu juga tangan Laila terlepas dari lengan Kania, karna gadis itu menggigit tangan Laila. "Kau tahukan bagaimana rasanya sakit."
Kania berjalan mundur, saat Laila mendekatinya. Gadis itu melirik kesana kemari, melihat sekelilingnya yang begitu sepi. "Kau salah keluar malam ini. Seharusnya kau berada didalam istanamu itu, tapi kau malah keluar dari istana yang selalu melindungi mu."
"Apa maumu? Katakan, apa maumu."
"Pergilah dari dunia ini." Dengan cepat Kania membalikan tubuhnya dan berlari sekencang mungkin untuk menghindari Laila yang kini juga mengejarnya.
Sampai Kania bersembunyi dibalik pohon besar itu, dengan napas yang tidak teratur. "Kenapa daerah ini tumben sekali sepi? Biasanya banyak sekali orang yang datang kemari."
"Karna mereka tidak ingin melihatmu, yang akan kubunuh." Kania terlonjak kaget saat Laila yang berada didekatnya. Dan itu membuat Kania berlari kembali. "Berlarilah sejauh mungkin, kau juga akan mati malam ini." Ucap Laila mengikuti kearah Kania yang kini rasa pusing itu kembali menyelimuti kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Us
Teen FictionCOMPLETED Hidup bersama sendari kecil didalam panti. Mereka tidak tahu dari mana asal mereka. Tidak ada satupun juga yang ingin mengadopsi keenam gadis itu, sampai pengurus panti menghembuskan napas terakhirnya pun mereka masih menepati panti itu. S...