Kalo ada penulisan kata yang salah, tolong dibenerin ya..
Selamat membaca...
***
Knop pintu ruangan musik itu ditutup oleh Alyana yang harus bersembunyi menghindar dari seorang Gandhi. Dirinya tidak akan ikut dengan Gandhi. Tapi dilain sisi dirinya ingin membalas apa yang dilakukan Litzy kepadanya dan teman-temannya. Litzy, gadis itu hanya mengandalkan kekayaannya. Kemungkinan dirinya juga akan mengandalkan itu, jika benar dirinya dengan Gandhi itu bersaudara. "Huh, tidak mungkin jika aku menyerahkan diriku."
Alyana melihat sekeliling ruangan itu, dirinya baru kali ini masuk keruang musik. "Banyak yang bilang ruangan ini sangat horror. Tapi sepertinya tidak, apa yang dikatakan mereka ternyata tidak begitu nyata. Tempat ini sangat bersih, tidak ada tanda-tanda yang menyeramkan." Gadis itu berjalan mengelilingi ruangan yang terdapat alat musik itu.
"Seandainya aku bisa memainkan salah satu alat musik itu, aku akan memainkannya. Tapi sayangnya aku tidak bisa."
Jreng!! Jreng!! Jreng!!
Seketika itu Alyana membalikkan tubuhnya yang sedikit terlonjak kaget, melihat seorang pemuda yang tengah memainkan gitar. Padahal saat dirinya tadi masuk keruangan itu tidak ada siapapun, dan kursi yang di dudukki pemuda itu kosong. "Siapa kau?"
"Kau ingin berkenalan denganku? Kemarilah." Ujarnya seraya menepuk-nepuk kursi kosong yang berada disamping kanan pemuda itu.
Dan dengan ragu Alyana berjalan mendekati pemuda yang masih saja memasang senyum di bibirnya itu. "Kau bukan hantukan?" Pemuda itu tidak menjawab, melainkan tersenyum dan menyuruh Alyana untuk duduk di sampingnya kembali.
"Kau percaya akan adanya hantu diruangan ini?" Tanya pemuda itu kepada Alyana yang mengerutkan keningnya menatap pemuda yang juga menatap dirinya.
"Mungkin. Bukankah makhluk yang tidak bisa dilihat itu pasti ada. Walaupun kau, belum pernah melihatnya." Sahut Alyana yang melihat kearah jendela ruangan itu. Karna dirinya juga harus waspada dengan Gandhi, bisa saja dia datang secara tiba-tiba.
"Bukankah kau sering melihat makhluk-makhluk itu? Tapi kau tidak pernah menyadari, karna mereka tidak menunjukkan wajah yang mengerikan."
"Apa maksudmu?" Tanya Alyana yang menjadi bingung sendiri dengan pemuda itu.
"Suatu saat nanti kau akan mengetahui siapa diriku. Pergilah secepat mungkin dari ruangan ini. Sebelum dia..." Belum juga pemuda itu melanjutkan perkataannya, pintu ruangan musik itu terbuka lebar menampakan sosok Gandhi yang langsung melihat kearah dimana Alyana saat ini.
Sedangkan gadis itu langsung berdiri dari duduknya, menatap Gandhi dengan waspada. "Ternyata kau tidak pergi jauh dariku." Ucap Gandhi yang berjalan mendekati Alyana yang masih saja berdiri di tempatnya itu. "Kau ingin ku seret atau jalan sendiri?"
"Aku akan jalan sendiri." Sahut cepat Alyana seraya berjalan keluar dari ruangan itu. Tapi saat didepan pintu, Alyana menoleh kebelakang sebentar, melihat pemuda yang juga tengah melihatnya dengan senyum yang mengembang, dan itu membuat Alyana menarik kedua sudutnya.
Sedangkan Gandhi yang melihat Alyana tersenyum kearah kursi kosong itu mengerutkan keningnya, dan membatin. Apa gadis itu sudah tidak waras?
"Hey kau? Kenapa kau masih berdiri disitu? Kau ingin pulang tidak?" Seru Alyana membuyarkan lamunan Gandhi yang kini langsung berjalan menyusul Alyana dengan perasaan yang aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Us
Teen FictionCOMPLETED Hidup bersama sendari kecil didalam panti. Mereka tidak tahu dari mana asal mereka. Tidak ada satupun juga yang ingin mengadopsi keenam gadis itu, sampai pengurus panti menghembuskan napas terakhirnya pun mereka masih menepati panti itu. S...