Kalo ada penulisan kata yang salah, tolong dibenerin ya..
***
Menyapu itu sudah menjadi kebiasaan seorang gadis yang bernama Nindy, setelah dirinya tidak ada kegiatan. Saat membersihkan diruang kerja milik panti dulu, lengan Nindy tidak sengaja menyenggol sebuah buku yang berada dimeja. Membuat buku itu jatuh kelantai, sehingga Nindy menghentikan menyapunya untuk mengambil buku yang berada dilantai. "Setiap aku bersih-bersih disini, aku baru tahu kalo ada buku seperti ini." Guman Nindy melihat buku yang berada di tangannya, lalu diletakan kembali buku itu diatas meja yang berada di sampingnya.
Setelah membersihkan ruangan itu Nindy berjalan keluar untuk membersihkan ruangan yang lainnya. Saat diluar, Nindy menyipitkan matanya saat melihat mobil warna hitam yang akhir-akhir ini Nindy lihat didekat panti. Awalnya dirinya mengabaikan itu, tapi entah kenapa dirinya merasa mobil itu tengah memata-matai panti ini. "Apa didalam mobil itu ada seorang penjahat?" Tanya Nindy pada dirinya sendiri.
"Mungkin saja." Sahut Lea yang entah sejak kapan berdiri disamping Nindy. Sehingga membuat Nindy menoleh kesamping kanannya seraya memundurkan langkahnya, karna terkejut akan kehadiran Lea di sampingnya.
"Kenapa kau datang dengan tiba-tiba?"
"Dari pada menghilang disaat sayang-sayangnya." Sahut asal Lea yang masih mematap kearah mobil itu. Sedangkan Nindy hanya memutar bola matanya malas. "Aku akan menghampiri mobil itu."
Baru satu langkah lengan Lea langsung ditarik Nindy untuk memundurkan langkahnya kembali. "Apa kau sudah gila? Jika mobil itu benar milik penjahat, kau akan mati di tangannya."
"Biarkanlah aku mati, sehingga aku bisa menghantuimu setiap malam." Sahut cepat Lea sebelum lari menjauh dari Nindy. Dan dirinya juga tidak ingin kena pukul oleh Nindy, karna menakuti dengan kata hantu.
"Yaaa." Teriak Nindy melihat Lea yang melarikan diri darinya. Sebelum mengejar Lea, Nindy melirik sebentar kearah mobil itu berada. Lalu berjalan sedikit berlari kearah Lea yang hampir saja menghilang dari pandangannya.
Dan laki-laki yang berada didalam mobil tengah menelpon seseorang disebrang sana. "Mereka terlihat baik-baik saja, walaupun hari ini aku hanya melihat dua gadis saja." Setelah mendengar suara dari orang yang laki-laki itu telpon. Laki-laki itu langsung mematikan sambungan telponnya, lalu melajukan mobilnya untuk menjauh dari panti itu.
Sedangkan Lea masih saja berlari untuk menghindari Nindy. Dari arah berlawanan, dirinya melihat Alyana yang tengah menyisir rambut panjangnya itu kedepan wajahnya, sehingga seperti kuntilanak jadi-jadian. "Ya, kau gadis kuntilanak, minggirlah." Teriak Lea yang masih saja berlari.
Alyana yang mendengar suara yang begitu familar di telinganya, langsung saja menyisir rambutnya yang berada didepan wajahnya menggunakan lengannya kebelakang. Seketika itu Alyana langsung memberi jalan Lea yang hampir saja menabrak dirinya. Dan tanpa diduga Lea malah menabrak Lunna dan Kania yang baru saja keluar dari sebuah ruangan, sehingga membuat mereka bertiga jatuh dilantai. Membuat Alyana langsung meledakan tawanya, karna melihat ketiga gadis itu terjatuh dengan posisi yang mengenaskan.
Nindy yang baru saja sampai disana, dan kini berdiri disamping Alyana. Juga meledakan tawanya, karna melihat pemandangan di depannya yang begitu sangat menarik. "Ya, kalian berdua berhentilah tertawa." Teriak Lea dengan Kesal, seraya berdiri dari jatuhnya. Lalu membantu Kania dan Lunna untuk berdiri juga.
"Karma itu pasti akan selalu datang kapanpun bukan." Ucap Nindy disela-sela tawanya, dan itu membuat Lea langsung menghampiri Nindy dan memukul pundak gadis itu, tapi sayangnya Nindy selalu menghindar dari pukulan yang diberikan Lea.
Kania dan Lunna juga ikut tersenyum melihat Lea yang kesal sendiri. Dan Alyana, jangan ditanyakan lagi, gadis itu belum juga berhenti dari tawanya.
Tanpa mereka sadari, Della kini tengah berdiri tak jauh dari mereka. Dan kedua sudut di bibirnya itu naik keatas membentuk lengkungan yang tidak begitu sempurna, melihat teman-temannya yang tengah menertawakan satu sama lain. Dirinya sangat beruntung mengenal mereka, ia tidak akan pernah meninggalkan mereka. Della berjanji kepada dirinya sendiri bahwa tujuan hidupnya sekarang hanyalah karna teman-temannya itu. "Apa kalian melupakan diriku?"
Suara itu menghentikan tawa mereka, lalu mereka menoleh kearah Della yang kini berjalan menghampiri mereka dengan senyum di bibirnya itu. "Kau sudah pulang? Tumben, cepat sekali? Biasanya kau pulang malam." Ujar Kania yang menatap Della.
Gadis itu hanya diam menatap temanya satu persatu. "Maaf, aku tidak memberitahu kalian." Lirih Della membuat kelima gadis itu mendekati Della yang menundukkan sedikit kepalanya.
"Memangnya apa yang tidak kau beritahu kepada kami?" Tanya Lunna yang diberi anggukan dari teman-temannya itu, kecuali Della.
"Aku sudah tidak bekerja lagi. Aku dipecat satu minggu yang lalu." Kelima gadis itu saling pandang satu sama lain, lalu menatap Della kembali. Untuk mendengarkan apa yang akan Della katakan lagi. "Dan... Aku sudah mendapat rumah sewa untuk kita." Seketika itu kedua mata kelima gadis itu senang, karna mendengar perkataan dari Della.
"Kapan kita pindah kerumah itu?" Tanya Lunna yang begitu senang.
"Sore ini, apa kalian bisa?" Seketika itu kelima gadis yang kini tengah tersenyum langsung menganggukan kepala mereka yakin. "Baiklah sekarang kita berkemas, jangan sampai ada barang kalian yang tertinggal."
Della tersenyum lebar melihat teman-temannya yang langsung berlari kekamar mereka untuk mengemasi barang-barang mereka. "Kenapa kau baru memberitahu kami, bahwa kau dipecat dari kerjaanmu?" Ternyata Lunna yang masih berada disamping Della.
"Karna aku hanya ingin mencari waktu yang tepat. Untuk memberitahu kalian." Sahut Della lalu menggandeng lengan Lunna untuk pergi kekamar mereka.
"Apa rumah yang kau sewa itu bagus?" Tanya Lunna yang berjalan mengambil tasnya yang berada diatas meja.
"Lebih tepatnya sederhana. Mungkin rumah itu nyaman untuk kita." Ucap Della yang memasukan baju-bajunya kedalam tas. Lalu mengganti pakaianya didalam kamar mandi.
Sedangkan dikamar Alyana dan Lea, mereka berdua sudah selesai mengemasi barang-barang mereka. Lalu berjalan keluar untuk menunggu yang lainnya. Dan tak lama juga, Nindy dan Kania juga keluar dari kamar mereka. Dan berjalan mendekat kearah Lea yang tengah menjahili Alyana dengan menarik-narik rambut panjang milik Alyana, sehingga membuat sang empu sesekali memukul lengan Lea. "Apa Lunna dan Della masih lama? Jika iya, aku akan mengambil barangku dulu."
Ketiga gadis itu hanya menganggukkan kepala mereka. Membuat Nindy langsung berjalan kesebuah ruangan yang tadi dirinya bersihkan. Sampainya didalam ruangan itu, Nindy langsung mengambil sebuah buku yang membuat dirinya penasaran, lalu memasukannya kedalam tasnya. Sebelum berjalan keluar dari ruangan itu.
Sampainya diantara teman-temannya, Nindy langsung menyunggingkan senyumannya. "Kau sudah mengambil barangmu?" Tanya Della dan langsung diberi anggukan dari Nindy. "Sebelum kita berangkat kita berdoa terlebih dahulu. Menurut kepercayaan masing-masing, berdoa mulai."
Setelah mereka selesai dari berdoa. Keenam gadis itu berjalan keluar dari panti yang telah membesarkan mereka.
Dan dalam perjalan menuju rumah yang akan mereka tinggali, sesekali keenam gadis itu tertawa akan lelucon yang mereka keluarkan.
-About Us-
Kutunggu vote and coment dari kalian😘
KAMU SEDANG MEMBACA
About Us
Teen FictionCOMPLETED Hidup bersama sendari kecil didalam panti. Mereka tidak tahu dari mana asal mereka. Tidak ada satupun juga yang ingin mengadopsi keenam gadis itu, sampai pengurus panti menghembuskan napas terakhirnya pun mereka masih menepati panti itu. S...