Kalo ada penulisan kata yang salah, tolong dibenerin ya..
Selamat membaca..
***
Dengan ragu Alyana mengikuti Aldyan turun dari mobil hitam yang dirinya tumpangi. Saat Aldyan ingin membukakan pintu mobil itu untuk Alyana, gadis itu sudah turun terlebih dahulu dari mobil miliknya. Dan itu langsung menjadi pusat kamera yang selalu standby didalam acara para pengusaha, membuat Alyana menjadi risi sendiri.
Aldyan yang mengetahui sikap Alyana yang menundukan kepalanya, pemuda itu langsung menyatukan jemarinya dengan jemari milik Alyana. Membuat gadis itu langsung menatap Aldyan dengan bingung sendiri. Sedangkan pemuda itu hanya melihat Alyana sekilas lalu berjalan masuk dengan menggandeng tangan Alyana. Dirinya tidak perduli, dengan seluruh kamera yang tertuju kepadanya. Mungkin esok hari akan berita tentang dirinya dengan gadis yang berada di sampingnya saat ini.
Saat diambang pintu rumah itu, dua insan itu langsung menjadi pusat perhatian tamu yang datang keacara itu. Sebagian para gadis yang datang keacara itu, hati mereka langsung patah karna melihat pemuda yang sejak dari tadi mereka tunggu, datang bersama gadis yang tidak pernah mereka lihat, terkecuali dengan mereka yang menjadi satu sekolah. Dan ada juga yang menyambut kedatangan mereka dengan senyum manis yang terpancar dibibir mereka.
Keluarga Gandhi yang baru saja sampai diacara itu, juga menyunggingkan senyum mereka. Apalagi seorang Gandhi, yang sejak dari tadi ingin sekali menyemburkan tawanya. Karna melihat wajah Alyana yang kini seperti kepeting rebus.
"Sebenarnya ini itu acara siapa sih? Acaraku, atau acaranya?" Omel Leon yang melihat Alyana dan Aldyan. Membuat teman-temannya kini kembali pergi meninggalkan Leon sendiri. "Ya, kenapa kalian senang sekali pergi meninggalkan ku sendiri?"
Sebelum Aldyan benar-benar mengajak Alyana masuk kedalam rumah itu. Tangan kekar miliknya kini dengan perlahan melepas ikatan pita rambut gadis itu, membuat surai panjang milik Alyana kini terurai. "Aku tidak ingin para laki-laki itu melihat tengkuk putihmu itu." Ucap pelan Aldyan yang hanya didengar oleh Alyana.
Rasanya gadis itu ingin sekali menonjok wajah tampan milik Aldyan. Pemuda itu sungguh mencari kesempatan dalam kesempitan. Jika tahu keadaanya seperti ini, dirinya tidak akan mempunyai rasa kasihan terhadap pemuda itu tadi. "Kenapa kau senang sekali mencari kesempatan?" Bisik Alyana dengan sedikit kesal, yang kini berjalan beriringan dengan Aldyan.
"Jika aku tidak mengambil kesempatan ini, aku tidak akan bisa bersamamu bukan." Ucap Aldyan sedikit keras seraya menghentikan langkahnya, menatap Alyana yang kini langsung melirik kesana kemari. Karna semua pasang mata melihat kearah mereka kembali.
Saat Alyana membalikan tubuhnya untuk pergi dari acara itu, tas slempang yang melekat di tubuhnya langsung ditarik oleh Aldyan. Membuat gadis itu dengan refleks langsung merebut kembali tas miliknya itu, tapi dengan cepat Aldyan menjauhkan tas yang kini berada di tangannya, dari Alyana. Sehingga gadis itu menjadi geram sendiri karna kelakuan Aldyan. Walaupun Alyana tidak bisa mendapatkan kembali tas miliknya itu, dengan cepat Alyana membalikan tubuhnya kembali. Tapi, lagi dan lagi, pergelangan tangan kanannya kini ditarik oleh Aldyan. Mendekatkan tubuhnya dengan tubuh gadis itu, untuk memakaikan kembali tas slempang itu.
"Kau menjadi milikku mulai detik ini." Cetus Aldyan seraya menuntun tangan kiri milik Alyana yang ditaruhnya dipundak kanannya. Dan tangan kanannya kini berada dipinggang Alyana. Sedangkan tangan kirinya kini menggenggam erat jari-jemari tangan kanan milik Alyana. "Berdansalah malam ini bersamaku."
KAMU SEDANG MEMBACA
About Us
Teen FictionCOMPLETED Hidup bersama sendari kecil didalam panti. Mereka tidak tahu dari mana asal mereka. Tidak ada satupun juga yang ingin mengadopsi keenam gadis itu, sampai pengurus panti menghembuskan napas terakhirnya pun mereka masih menepati panti itu. S...