P R O L O G

20.6K 507 6
                                    

"How many times did you sit crying in your room and no one noticed?"

-Unknown

🌻


Gadis bermata hijau itu menatap jendela kamarnya yang basah akibat gerimis yang mengguyur ibukota sejak setengah jam yang lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gadis bermata hijau itu menatap jendela kamarnya yang basah akibat gerimis yang mengguyur ibukota sejak setengah jam yang lalu. Dan sejak saat itu pula, gadis bernama lengkap Lunaria Giovanni Adara itu duduk di tepi tempat tidurnya, menutup rapat kedua telinganya menggunakan tangan.

Kepingan peristiwa di masa lampau membuatnya begitu ketakutan, hingga ia menderita astraphobia atau ketakutan berlebihan terhadap suara dan kilatan cahaya petir.

Dua tahun silam, sebuah tragedi mengenaskan terjadi di depan matanya. Seseorang yang sangat ia sayangi meregang nyawa tepat di hadapannya. Luna menahan nafas. Tak sanggup mengingatnya lagi.

Kini, gadis itu berada di dalam rumahnya seorang diri. Bersama gerimis yang tak kunjung reda. Bersama langit yang enggan menampakkan cahaya. Dan bersama sesak yang menjelma menjadi keringat dingin tanpa peduli bahwa rasa takutnya perlahan menjatuhkannya pada setumpuk luka yang tak terlihat oleh mata.

🍓

Altair Angkasa.

Nama itu terukir pada sebuah pigura foto yang menampilkan foto bayi yang tengah digendong oleh lelaki yang berumur sekitar tiga puluhan.

Pemuda itu tersenyum membayangkan hal yang ada dalam foto tersebut. Bagaimana laki-laki itu tersenyum hangat penuh kasih sayang. Sebuah potret kebahagiaan yang tak ternilai baginya.

Perihal kebahagiaan, pemuda itu hanya bisa bersyukur atas apa yang ia miliki sekarang. Ukuran kebahagiaan untuk seorang Angkasa sangat sederhana. Bagitu juga tentang luka, sebisa mungkin ia menutup hatinya dari segala hal menyesakkan yang terkadang singgah dalam hidupnya.

Angkasa tak pernah menyesal dengan apa yang terjadi padanya. Baginya, Tuhan telah memberikan yang terbaik. Tuhan telah mengirimkan beberapa malaikat penyembuh atas rasa sakitnya. Tapi tetap saja, seberapapun kita berusaha menghapus luka, terkadang luka itu masih muncul dengan sendirinya. Sampai sekarang, angkasa belum lupa, perihal kesedihan panjang yang tak tersembuhkan. Tentang serpihan kenangan yang meluap pada gerimis sore ini, ia jadikan sebagai penghiburan bagi dirinya sendiri. Tentang genangan pada mata yang tak pernah terbaca. Tentang keluarga yang ia cinta melebihi dunia. Tentang rindu yang ia biarkan menggembala di setiap sudut kepalanya. Dan tentang seseorang yang sudah pudar dari penglihatannya.

Tentangnya, tentang Papa.

-Updated : February 10, 2019



🌻



Hellooooooo!!!!!!!!
Selamat datang di work aku🙌

Gimana prolognya?

Jangan lupa vote dan komennya ya😊

Next

LUNARIA [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang