(3) HUJAN DI PELUKAN ANGKASA

6.6K 328 4
                                    

"If i cry in front of you, just know, i reached my limit."

-Unknown

-Unknown

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




🌻

Luna baru saja keluar dari ruang kelas XII IPA 5 yang memang disediakan sebagai tempat seleksi tertulis calon pengurus OSIS baru. Ia mencari Mayang yang kebetulan berada di ruang kelas sebelah, XII IPA 6. Melihat Mayang yang masih berkutat dengan lembaran kertas itu, Luna memilih duduk di kursi yang memang tersedia di depan kelas. Ia mengecek ponsel berwarna hitam miliknya, ada satu pesan dari papanya yang mengatakan bahwa ia akan telat menjemput.

Luna menghela nafas saat mendongak, langit mendung sudah menaunginya, itu pertanda bahwa hujan bisa turun kapan saja. Ia berdoa agar saat hujan turun, ia sudah berada di dalam rumahnya.

Saat sedang sibuk dengan ponselnya, sebuah suara yang sudah Luna kenali hanya dalam sekali percakapan itu singgah di telinganya. Ia mengedarkan pandangan dan menemukan Angkasa yang sedang berdiri di depan laboratorium elektro. Tapi Angkasa tidak sendiri, ia bersama seorang perempuan yang tidak asing baginya. Zizi Prasiya. Teman satu kelas sekaligus sahabat Marissa yang sering sekali bertemu dengannya saat sedang di rumah Marissa. Dari raut wajahnya, terlihat bahwa Angkasa sangat kesal. Jauh berbeda dengan wajah tenang Angkasa yang biasa di temuinya.

"Sa, kenapa sih chat aku nggak pernah kamu baca?"

Luna tiba-tiba teringat, beberapa bulan lalu, saat Luna baru saja lulus dari SMP, Zizi pernah menceritakan tentang Angkasa.

"Lun, lo sekolah di SMA Gemilang kan? Disana tuh banyak cogan tau! Apalagi yang namanya Altair Angkasa, duh, udah kaya pangeran dari negeri dongeng," ujar Zizi waktu itu.

Jadi Kak Zizi udah sedekat itu sama Kak Angkasa?

Ada perasaan tak rela saat melihat Angkasa yang terus ditempel Zizi. Padahal, Luna berharap bahwa ia bisa memiliki kakak seperti Angkasa, tapi jika seperti ini, mungkin ia lebih memilih memiliki kakak yang jelek saja lah biar tidak banyak yang suka. Kan repot kalau kemana-mana ada yang nempel?

Tanpa Luna sadari, Angkasa kini sedang menatapnya. Pandangan mereka bertemu dalam beberpa detik hingga akhirnya Luna membuang muka saat menyadari Zizi sudah mengikuti arah pandang Angkasa.

"LUNA! HEI!" Seruan Zizi mau tak mau membuat Luna menoleh dan tersenyum.

"Lo balik sama siapa? Udah mendung tuh!"

Ya, Zizi sudah tahu tentang phobia-nya. Marissa yang menceritakan padanya saat Zizi memaksa Luna untuk datang ke rumah Marissa di tengah hujan.

Zizi berjalan mendekati Luna, ia duduk di samping gadis itu dengan wajah cerianya.

"Lo dijemput?" Zizi kembali bertanya pada Luna.

LUNARIA [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang