(12) CARA MENYAYANGI

3.6K 145 1
                                    

"You change for two reasons: either you learn enough that you want to or you've been hurt enough that you have to."

-Unknown

🌻

Liburan yang dinantikan Aksel akhirnya tiba. Hari ini, dengan semangat tingkat tinggi, ia meluncur menuju kediaman Luna dengan sopir pribadinya. Di belakang, sudah ada Angkasa dan Hanan yang membuntuti Aksel dengan mobil Angkasa, lengkap dengan sopir keluarganya. Sesuai dengan rencana Aksel, ia akan menjadikan momen ini untuk lebih dekat dengan Luna.

Gadis itu nampak sudah siap dengan hoodie hitamnya bersama Marissa. Angkasa dan Hanan memilih untuk tetap di dalam mobil saat Aksel turun dan meminta Luna serta Marissa naik ke mobilnya.

“Lo serius bakal biarin Aksel dapetin Luna?”

Angkasa yang sedang sibuk mengalihkan perhatiaannya dari Luna yang sedang bersama Aksel itu menoleh pada Hanan yang duduk di sebelah kanannya dengan kaki kanan terlipat.

“Emang kenapa sih? Luna kan bukan siapa-siapa gue!” ketusnya.

Hanan tersenyum samar. Memangnya Hanan sudah berapa lama kenal Angkasa sampai tidak tahu ekspresinya saat sedang berbohong?

“Tatapan lo nggak bisa bohong, Sa. Lo tuh suka sama Luna.”

Angkasa mendesis, merasa risih dengan pertanyaan Hanan yang terkesan menyudutkannya. Lagipula, sejak kapan Angkasa suka berbohong?

“Kalo misal Luna nerima Aksel, tepat di depan mata lo, apa nggak nyeri tuh hati lo?”

Hanan menaikturunkan alisnya, meledek. Meyakinkan sahabatnya bahwa perasaannya tidak akan baik-baik saja jika Aksel berhasil mendapatkan Luna. Dengan iris birunya, ia mendelik pada Hanan.

Lo bener, gue emang nggak bisa bohong.

🍓

Setelah mengistirahatkan badan semalaman, Angkasa beserta yang lain memilih sebuah taman agrowisata petik buah untuk dikunjungi setelah sarapan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah mengistirahatkan badan semalaman, Angkasa beserta yang lain memilih sebuah taman agrowisata petik buah untuk dikunjungi setelah sarapan. Tempat itu tetap ramai di hari dan jam kerja seperti saat ini. Mungkin memang orang-orang sengaja mengambil cuti untuk berlibur bersama keluarga. Pemikiran itu membuat Aksel merasa sesak menghujam jantungnya. Tentu bagi seorang remaja yang baru menginjak usia SMA, ia masih butuh bimbingan dari kelurga, atau dalam hal ini, ia butuh didampingi orang tua. Sayang, Aksel dengan segudang sikap caper dan alaynya, ia tidak bisa mendapatkan kebahagiaan berupa keluarga yang utuh.

Aksel menatap nanar seorang balita dalam gendongan wanita yang Aksel duga ibunya, sedang tertawa riang saat seorang lelaki berkumis tebal yang sepertinya adalah ayahnya, memberinya sebuah apel yang baru saja diambil dari pohon di depan mereka. Pikiran Aksel menerawang jauh pada masa kecilnya. Sebuah bayangan akan kebahagiaan yang sudah begitu jauh dari pandangannya. Berkali-kali ia menghela nafas untuk menghilangkan rasa sakit yang perlahan muncul.

LUNARIA [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang