"Pada akhirnya, setiap langkahku selalu menuju kamu."
-Altair Angkasa
🌻
Keringat yang seharian ini menempel di tubuh Angkasa akhirnya bisa lepas saat ia telah mandi. Pada kamar barunya yang luasnya hampir sama dengan kamar lamanya itu, Angkasa merebahkan diri. Senyumnya terukir, sebagai wujud syukur.Siang tadi, setelah meninggalkan rumah Arsen, Angkasa bergegas ke rumah Hanan. Orang tua Hanan memiliki usaha kost untuk mahasiswa di sebuah daerah dekat dengan salah satu universitas swasta, kebetulan lokasi itu tidak terlalu jauh dari sekolah Angkasa. Dan yang perlu Angkasa syukuri adalah masih ada kamar yang kosong sehingga Angkasa bisa menyewanya. Biaya sewanya pun tidak terlalu tinggi karena memang diperuntukkan bagi pelajar.
Hanan baru saja pulang dari kamar kost baru Angkasa sekitar setengah jam yang lalu. Ia membantu Angkasa merapikan barang-barangnya serta terus memberi semangat pada Angkasa. Benar-benar sahabat yang bisa diandalkan dalam segala situasi.
Tentang Miranda dan Tania, mereka sudah menelepon Angkasa dan memaklumi keputusan Angkasa. Terlebih, hubungan Angkasa dan Arsen yang mereka rasa tidak baik. Meskipun mereka tidak tahu bahwa sebenarnya Angkasa pergi karena diusir.
Tak apa sebenarnya bagi Angkasa, asalkan orang-orang yang ia cintai bisa bahagia, dalam hal ini adalah Miranda dan Tania.
Dan masih ada satu orang yang baru-baru ini terasa sangat Angkasa cintai dan belum terlihat bahagia. Luna. Gadis itu sudah lima hari tidak terlihat di sekolah. Setiap kali ingin mengunjungi rumah gadis itu, Angkasa harus berpikir dua--atau bahkan puluhan kali mengingat status hubungan Aksel dengan Luna.
Perihal Aksel, pemuda itu kini sudah bisa bersikap normal pada Angkasa. Terakhir kali Aksel meminta bicara dengan Angkasa, pemuda itu meminta Angkasa untuk membiarkan ia bersama Luna. Awalnya Angkasa menolak mengingat bagaimana perlakuan Aksel pada Luna saat di mall, tapi melihat betapa Aksel terlihat bersungguh-sungguh, ia tidak bisa berbuat banyak. Angkasa sudah merelakan jika memang cintanya yang baru saja terasa itu bertepuk sebelah tangan.
Dan kini Angkasa merasakan hal yang cukup aneh. Perasaan ingin sekali berjumpa dengan Luna. Angkasa menerka-nerka sendiri, barangkali ini yang disebut rindu? Ah, rasanya Angkasa tidak pantas merasakan itu.
Pemuda itu baru saja ingin memejamkan mata saat tiba-tiba sebuah panggilan masuk pada ponselnya. Dan Angkasa sangat terkejut saat melihat nama penelpon.
Segera saja pemuda itu mengangkatnya dan mengucapkan salam, tidak lupa menanyakan kabar.
"Kabar tante baik-baik aja, Nak."
"Kamu bisa temui tante sekarang nggak? Ada hal penting dan tante buru-buru."
Angkasa berpikir sejenak, lantas menyetujui dan segera menuju lokasi yang diberikan Riani--mamanya Luna. Sebenarnya, Angkasa juga tidak habis pikir dengan Riani yang mengajaknya bertemu malam-malam begini, di bandara. Namun, Angkasa tidak mungkin menolaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUNARIA [SEGERA TERBIT]
Teen Fiction[COMPLETED] Lunaria. Bukan seorang gadis pecinta bulan atau pendamba langit malam. Dia hanyalah bunga cantik bernama Lunaria yang sayangnya takut pada hujan. Bukan hanya takut, tapi masuk pada kategori phobia. Namun, setiap hal terjadi bukan tanpa...