(36) KENYATAAN TENTANG BINTANG

2.4K 110 9
                                    

"Satu persatu luka lama terbuka. Setiap detik masa lalu yang luput dari pandanganku menyatu, menghantam seluruh dinding kekuatanku. Tak ada lagi yang tersisa selain hari-hari penuh air mata."

-Lunaria Giovanni Adara




🌻




Luna mengernyit saat Marcel membawanya ke sebuah gang kumuh di sudut kota

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Luna mengernyit saat Marcel membawanya ke sebuah gang kumuh di sudut kota. Matanya terus menatap Marcel dengan waspada. Dari sudut pandang Luna, tempat ini tidak aman. Banyak laki-laki bertato dengan penampilan menyeramkan yang sibuk memperhatikan mereka dengan tatapan tidak suka.

"Nggak usah takut. Gue nggak bakal celakain lo," bisik Marcel saat Luna sudah terlihat pucat.

Bagaimana tidak pucat? Ia sedang demam dan baru saja mengetahui kenyataan pahit dalam hidupnya, sedangkan kini pemuda itu membawa Luna ke tempat seperti ini? Jelas saja Luna merasa cemas.

Sampai akhirnya, langkah Marcel berhenti. Luna pun ikut berhenti dan menatap rumah di hadapannya. Sebuah rumah kecil yang bahkan tidak memiliki teras. Bagian depannya menampilkan bata merah sebagai temboknya, sedangkan bagian samping, Luna lihat masih menggunakan kayu.

Setelah mengetuk pintu beberapa kali, seseorang akhirnya membukakan pintu. Seorang lelaki gondrong berbadan kurus dengan tato yang hampir memenuhi lengannya.

"Mas Marcel?" sapa lelaki yang usianya sekitar empat puluhan itu.

"Apa kabar lo, Bang Riko?" balas Marcel dengan nada sopan.

Lelaki yang dipanggil Riko itu mempersilahkan Marcel dan Luna masuk. Mereka lalu duduk di sebuah kursi kayu sederhana.

"Bang, lo inget cowok yang pake motor sport hitam dulu? Dua tahun lalu." Kalimat itu Marcel ucapkan dengan penuh penekanan.

Motor sport hitam. Dua tahun lalu.

Luna meneguk ludah kasar saat mendengar kata itu. Apa mungkin Marcel tahu tentang Bintang?

"Maksudnya yang bu Revita suruh gue tabrak?"

Marcel melirik Luna yang ekspresinya berubah tegang. Ia bahkan tidak berani menatap Riko yang duduk di hadapannya.

"Eh, gue sampai lupa, Bang!"

Tatapannya beralih seutuhnya pada Luna.

"Ini Luna. Temen gue. Dia pengin tau tentang kematian Bintang. Lo bisa tolong ceritain nggak ke dia?"

Mata Luna kini terasa panas. ternyata benar, orang yang Marcel bicarakan adalah Bintang.

"Luna, ini bang Riko, dulu dia kerja sama nyokap gue. Dia tau segalanya tentang kecelakaan Bintang."

LUNARIA [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang