(15) PERASAAN YANG BERBEDA

3.4K 142 0
                                    

(Play video 👆, dulu pernah suka banget lagu itu dan sekarang ternyata masih suka😂)

(Play video 👆, dulu pernah suka banget lagu itu dan sekarang ternyata masih suka😂)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Maaf, perasaan ini terlalu lancang. Mengikat namamu secara diam-diam. Menyimpan rupamu dalam setiap detak. Meski hati jelas tahu bagaimana nasib dari rasa ini, tapi berharap semesta sedikit berbaik hati bukan sesuatu yang buruk, kan?"

EWR



🌻

Senyuman itu tak pernah lepas dari wajah Luna sejak ia terbangun tadi. Bagaimana tidak? Ia terbangun karena suara dering telepon dari Angkasa dan tanpa pernah ia duga, Angkasa sudah berada di ruang makan keluarganya saat ia turun untuk sarapan. Rasanya seperti mimpi. Luna bahkan sekarang tidak fokus pada sarapannya karena terus melirik ke samping kanannya, tempat Angkasa duduk.

“Luna, makannya jangan kelamaan, nanti telat loh.”

Riani yang sejak tadi memperhatikan Luna mau tak mau menegur anak gadisnya. Sudah berapa menit sejak ia dan Angkasa selesai makan, tapi Luna masih beum menghabiskan sarapannya. Angkasa hanya tersenyum dan melirik jam dinding yang menunjukkan pukul enam lebih tiga puluh menit. Tak masalah baginya, jarak rumah Luna dengan sekolah hanya memakan waktu sekitar lima belas menit.

“Tante, makasih banyak ya sarapannya,” ucap Angkasa sopan.

Riani memperhatikan Angkasa dalam diam. Melihat Angkasa, ia jadi ingat Bintang. Apalagi senyum Angkasa yang begitu menawan, membuatnya ingin mengangkat Angkasa sebagai anak, seandainya bisa.

“Iya, Nak. Gimana kondisi kamu? Udah sehat kan?”

Riani sudah dengar semuanya. Tentang kejadian yang dialami Angkasa dan tentang bagaimana Luna menangis histeris melihat Angkasa tak sadarkan diri. Giovanni menceritakan semuanya. Mererka mengambil kemungkinan bahwa Luna menyukai Angkasa sebagai lawan jenis, atau Luna begitu merindukan Bintang dan trauma dengan kejadian yang dialami Bintang. Tapi untuk saat ini, sepertinya Riani lebih setuju dengan kemungkinan pertama, mengingat anaknya yang sudah memasuki usia puber.

“Udah, Tante. Oh iya, Mama ngundang Luna sama Tante makan malam di rumah Angkasa malam ini. Bisa nggak, Tante?”

Setelah bertemu Luna di rumah sakit dua hari lalu, Miranda selalu membicarakan tentang Luna dan meminta Angkasa membawa Luna main ke rumah. Apalagi Tania, ia bahkan sering mengirim chat pada Luna dan menebak bahwa Luna adalah pacar Angkasa.

Riani tampak berpikir, kemudian ia mengangguk mantap.

“Tentu, nanti sore Tante sama Luna dateng. Emang dalam rangka apa?”

LUNARIA [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang