(34) MELANGKAH MUNDUR

2.4K 108 6
                                    

"Jika kamu tidak bisa berbalik dan pergi dariku, maka biarkan aku yang melangkah mundur. Mundur sejauh yang ku bisa. Karena sekeras apapun aku mencoba, tak akan pernah ada kita."

- Lunaria Giovanni Adara

🌻

Entah sudah berapa kali Angkasa mengirim pesan pada Luna sejak semalam, begitu juga panggilan yang benar-benar tidak bisa menghubungkannya dengan gadis itu.

Sudah pukul tujuh dan Angkasa masih berada di depan rumah Luna. Ia berniat akan tetap menunggu, tapi pagi ini ia mendapat jatah menjadi pemimpin upacara. Dan ia yakin, ia akan bertemu dengan Luna yang akan menjadi pembawa acara dalam upacara pagi ini.

Setelah sepuluh menit perjalanan penuh tantangan karena harus mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi, Angkasa akhirnya berlari menuju lapangan utama sekolah dan kehadirannya sontak mendapat tatapan tajam dari beberapa pengurus OSIS kelas sebelas.

“Udah dibilang jam tujuh kumpul di lapangan, kemana aja lo?” maki Fajri, sang ketua OSIS.

Angkasa hanya membuang muka dan bersiap menempati posisinya. Meskipun ia sempat merasa bersalah karena semua teman OSIS sudah berkumpul di lapangan upacara, tapi ia malas meladeni Fajri, sang ketua OSIS yang menurutnya sangat tidak menyenangkan itu. Padahal Fajri lebih sering telat, sampai-sampai Angkasa yang lebih sering menjadi pemimpin upacara.

Setelah merapikan pakaian serta rambutnya, Angkasa berdiri tegak di sebelah timur lapangan. Tatapannya jatuh pada Luna yang juga sedang menatap ke arahnya. Tapi saat Angkasa menatapnya, gadis itu buru-buru melempar muka.

Hanan yang berdiri tak jauh dari Angkasa kini berjalan menghampirinya, selagi yang lain sibuk menempati posisi masing-masing serta menunggu para siswa dan guru memenuhi lapangan.

“Gue tadi liat Luna bareng Mayang berangkatnya. Sejak kapan lo nggak mau anter jemput tuh cewek lagi?”

Angkasa mengedikkan bahunya acuh, ia sendiri tidak tahu mengapa Luna tiba-tiba menjauhinya. Padahal Angkasa sudah berusaha menjadi kakak yang baik. Meski ia sendiri tidak tahu Luna menganggapnya sebagai apa.

“Atau lo cemburu karena Aksel posting foto dia sama Luna semalem?” goda Hanan sambil tersenyum miring.

Sedangkan Angkasa kini menyipitkan mata, ia tidak tahu foto apa yang sudah di posting Aksel. Ia juga tidak tahu sejauh mana kedekatan mereka. Yang jelas, Angkasa sangat kesal sekarang. Jika memang Luna menyukai Aksel, kenapa tidak berpacaran saja?

I don’t care!”

Hanan baru saja akan menggoda Angkasa lagi, tapi Angkasa buru-buru mengusirnya.

“Udah mau mulai dan lo masih mau berdiri di sini?” sewot Angkasa sambil mengarahkan wajahnya pada para siswa yang sudah mulai memenuhi barisan peserta upacara.

Dengan senyum kemenangan, Hanan berjalan menuju barisan yang akan ia pimpin. Ia merasa senang bisa membuat Angkasa kesal. Dan ia berani menyimpulkan bahwa Angkasa memang menyukai Luna.

🍓

“Kak Ayu sedeket itu sama keluarga kak Angkasa emang, Lun?”

Yang diberi pertanyaan hanya menggumam tidak jelas dalam posisinya yang sedang menumpukan kepala pada meja. Hari ini Luna merasa sangat pusing. Barangkali efek tidak bisa tidur semalaman hingga jam makan yang tidak teratur selama beberapa hari ini.

“Wuih, ini mah udah kaya perjodohan!” sahut Nindy yang ikut membuka aplikasi  instagram dan mencari akun milik Ayu saking keponya.

Mata Luna memejam. Ingin sekali ia mengabaikan perkataan teman-temannya. Tapi hatinya terasa sedikit ngilu. Mungkin Luna memang sudah jatuh sedalam iitu pada sosok Angkasa.

LUNARIA [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang