"Seringnya, aku berpikir bahwa kita sedekat Desember ke Januari. Lalu beberapa waktu, aku teringat bahwa kamu dengannya hanya berjarak antara Minggu dan Senin."
-Lunaria Giovanni Adara
🌻
"Sa, nebeng!" Ucapan bernada manja itu keluar dari mulut Ayu saat melihat Angkasa dan Luna hendak memasuki mobil Angkasa.
Bel pulang sekolah sudah berbunyi sekitar lima belas menit yang lalu dan Diva mendadak memberi kabar tidak bisa menjemput Ayu. Ayu memang sengaja tidak membawa mobil, agar bisa sesekali modus jika mamanya berhalangan untuk menjemputnya.
Ayu berjalan dan mendekat ke mobil Angkasa. Baik Luna maupun Angkasa masih diam di tempat, mengurungkan niatnya untuk memasuki mobil.
"Rumah lo jauh, Yu. Nggak mungkin gue nganter lo kesana. Gue sama Luna udah ditungguin Titan sama mama," ucap Angkasa dengan ekspresi tidak suka.
"Gue ikut ke rumah lo."
Setelah mengatakan itu, Ayu memasuki mobil Angkasa dan duduk di kursi belakang. Membiarkan Luna tetap duduk di depan.
Angkasa menghela nafas sebelum mempersilahkan Luna untuk masuk. Ia sedikit kesal karena Ayu pasti akan mengganggu kebersamaannya dengan Luna. Dan benar saja, baru meninggalkan area sekolah, Ayu sudah banyak bicara.
"Setelah sekian lama gue nggak naik mobil lo, sekarang gue harus duduk sendirian disini."
Mata Angkasa melotot. Ia tahu maksud Ayu apa. Ia tahu, Ayu berusaha membuat Luna tiak nyaman. Dan berhasil, Luna sekarang tampak tidak nyaman dengan posisi duduknya. Seperti merasa sangat tidak enak hati pada Ayu.
"Masih untung lo bisa nebeng!" ketus Angkasa sambil melempar tatapan tajam pada Ayu lewat kaca di depannya.
Ayu tersenyum miring, ia balas menatap Angkasa.
"Iya, gue tau gue disini sangat mengganggu lo sama cewek baru lo," sindir Ayu sambil melirik Luna yang tampak gelisah. Gadis itu benar-benar ingin turun saat ini juga.
"Bagus kalo lo sadar," balas Angkasa, tak peduli dengan pelototan Luna yang mengarah padanya.
"Gue sadar, Sa. Sangat sadar. Tapi apa kesempatan buat gue udah nggak ada lagi?"
Lagi?
Luna bertanya-tanya dalam hati. Sekarang ia dapat menyimpulkan bahwa Ayu memang mantan kekasih Angkasa, dan kenapa Ayu masih berhubungan baik dengan keluarga Angkasa? Entahlah.
"Diem atau lo turun sekarang juga," ancam Angkasa dengan nada tajam. Ia sudah muak. Jika di depan Miranda, Angkasa masih bisa sedikit berbuat baik pada Ayu, tapi tanpa Miranda, Angkasa tidak segan-segan berkata kasar pada perempuan di belakangnya itu.
Ayu mengalah, ia memilih diam dan melempar pandangannya pada jalanan.
"Sa, aku tuh capek, mau pulang aja."
"Temenin aku bentar aja, please." Tatapan pemuda itu penuh permohonan. Ayu yang tak tega pun memilih mengiyakan walaupun dia sangat kelelahan setelah mengikuti festival busana adat yang diselenggarakan di sebuah taman terbuka.
Angkasa tersenyum hangat, ia melajukan kendaraannya menuju sebuah pusat perbelanjaan. Ia memang meminta Ayu menemaninya membeli jas untuk acara makan malam perusahaan papanya Ayu. Dia dan keluarga memang di undang.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUNARIA [SEGERA TERBIT]
Teen Fiction[COMPLETED] Lunaria. Bukan seorang gadis pecinta bulan atau pendamba langit malam. Dia hanyalah bunga cantik bernama Lunaria yang sayangnya takut pada hujan. Bukan hanya takut, tapi masuk pada kategori phobia. Namun, setiap hal terjadi bukan tanpa...