(27) TEPI PANTAI

2.7K 146 2
                                    

"Senja yang manis ini menjadi saksi, bahwa aku sudah jatuh cinta berkali-kali pada indah senyummu. Dan mataku dengan berani menyatakan padamu, bahwa aku sudah jatuh terlalu dalam pada pesonamu."

BIASAKAN VOTE SEBELUM BACA DAN KOMEN SEBANYAK-BANYAKNYA SETELAH BACA!!!

(Lagu di mulmed fav banget💕)

🌻

Mobil berwarna hitam mengkilap itu terparkir di depan rumah Luna. Suaranya mampu terdengar dari tempat Luna duduk di ruang tamu. Ia segera bangkit keluar dan buru-buru mengunci pintu saat melihat Angkasa tengah keluar dari mobilnya.

“Gue nggak disuruh masuk dulu nih?”

Luna membalik tubuhnya, menghadap Angkasa yang tengah bersandar pada sisi kiri mobilnya.

“Nggak ada siapa-siapa di rumah, Kak.”

Angkasa membulatkan mulutnya, membentuk huruf “O”. Setelah Luna mendekat, ia segera memasuki mobil dan membiarkan Luna membuka pintunya sendiri. Memangnya dia siapa sampai harus dibukakan pintu segala? Lagipula, Angkasa bukan supir.

“Awalnya gue pengin ngajak lo ke cafe deket-deket sini, Cuma pas di jalan, gue kepikiran makan Mr. Crab di pinggir pantai sambil liat sunset, asik nggak sih?”

Tawaran yang menggiurkan mengingat akhir-akhir ini Luna ingin sekali ke pantai. Berhubung Luna tidak pernah pergi sendirian, ia harus menunggu sampai orang tuanya ada waktu mengantarnya ke pantai.

“Eh iya, tadi gue udah chat nyokap lo, kata beliau, lo lagi merengek minta ke pantai juga?” Nada bicara Angkasa terkesan meledek, padahal niatnya tidak seperti itu.

“Pas kan kalo gitu,” lanjutnya sambil menaikturunkan alis. Terlihat sangat tidak cocok orang seperti Angkasa berekspresi seperti itu.

“Kakak chat mamaku? Pantesan tadi pas aku nelpon mama udah tau aja aku mau minta ijin pergi sama Kak Angkasa!” gerutu Luna dengan ekspresi kesal.

Angkasa hanya tersenyum tipis dan membiarkan keheningan menyelimuti mereka. Sampai akhirnya sebuah mobil yang melawan arah nyaris menabrak mereka dari depan. Angkasa segera membelokkan mobilnya ke kiri dan untungnya ia tidak lepas kendali. Sedangkan mobil yang hampir menabraknya itu ia lihat dari spion sudah melaju dengan kecepatan tinggi.

“Gila tuh orang!” umpatnya, masih dengan keadaan shock. Ia menepikan mobil untuk menghilangkan kepanikannya terlebih dahulu.

Kemudian ia menoleh dan memastikan kondisi Luna. Angkasa terkejut saat menemukan luka di dahi Luna. Hanya sedikit, tapi gadis itu tampak meringis kesakitan hingga Angkasa merasa khawatir.

“Kita perlu ke rumah sakit.”

Luna menggeleng, "Aku nggak papa, Kak, Cuma kejedot dikit.”

“Kak Angkasa ada obat nggak? Biar aku obati sendiri aja,” lanjut Luna yang tidak mungkin membiarkan lukanya begitu saja. Karena sebenarnya, ia merasakan perih di dahinya.

“Ada kotak P3K kecil di belakang. Bentar gue ambilin.”

Kemudian Angkasa menyondongkan tubuhnya ke belakang dan menjulurkan tangan untuk mengambil kotak putih berukuran kecil itu yang diletakkan di kursi penumpang karena kemarin malam baru saja Angkasa tambahkan cairan alkohol di dalamnya. Hanya untuk berjaga-jaga sebenarnya, tapi malah hari ini ia harus melakukan sebuah pertolongan pertama.

LUNARIA [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang