"Aku tak bisa percaya apapun lagi. Bahkan takdir sudah mengecewakanku berkali-kali. Salahkah jika aku benci dan memilih lari?"
-Lunaria Giovanni Adara🌻
Seharian ini yang Luna lakukan hanyalah mengunci diri di dalam kamar. Meski asisten rumah tangga di rumahnya hari ini masuk, tapi Luna hanya berkata bahwa ia sedang tidak enak badan dan ingin beristirahat. Bi Asri pun patuh dan tidak mengganggunya, wanita yang baru saja genap berusia lima puluh tahun itu hanya datang ke kamar Luna saat mengantar sarapan dan makan siang. Tapi Luna hanya menyentuh makanannya tanpa selera dan akhirnya memakan satu sampai dua sendok saja. Obat yang dibelikan bi Asri saja hanya Luna buang di tempat sampah kamarnya.
Ia sendiri tidak tahu bagaimana bisa ia tumbang seperti ini. Biasanya Luna kuat, meski harus berkali-kali diam sendiri dan melepas emosinya, tapi untuk hari ini, ia rasa ia butuh break sejenak dari rutinitasnya. Ia ingin menenangkan diri.
Sudah seminggu sejak kejadian di rumah sakit dan ia belum bertemu lagi dengan Giovanni. Laki-laki itu bahkan sama sekali tidak menghubunginya, begitu juga dengan Riani. Wanita itu hanya membalas pesan Luna sesekali dan tidak pernah menerima panggilan dari Luna.
Saat sedang mengecek ponselnya, sebuah pesan dari nomor yang sengaja tidak ia save itu muncul di layar ponselnya. Marcel baru saja mengiriminya video. Dan saat Luna buka, mata Luna terasa panas. ia merasa sangat kecewa atas kebohongan bertubi-tubi yang diterimanya. Dalam video itu, Giovanni nampak sedang berjalan di depan kantornya. Padahal waktu itu Giovanni bilang akan ke luar kota.
Marcel kini menelponnya. Dengan gusar, Luna menerima panggilan dari Marcel.
"Papa lo di luar kota?" Terdengar nada mengejek dalam suara Marcel.
Marcel memang sudah tahu bahwa Giovanni pamit pada Luna untuk ke luar kota. Tapi setiap hari, Marcel menguntit lelaki itu di kantornya.
"Saya nggak percaya sama kamu," jawab Luna sambil berusaha menahan emosi.
Tawa renyah Marcel terdengar, "Lo ke kantor bokap lo sekarang kalo nggak percaya."
Seketika sambungan telepon terputus. Luna hanya menatap layar ponselnya dengan luka yang semakin menganga.
Beberapa detik kemudian, Marcel mengirimnya lagi empat video berbeda, dengan keterangan tanggal berbeda, tapi menampilkan hal yang sama. Jadi, papanya ada di Jakarta dan tidak pulang ke rumah?
Setelah melempar ponselnya sembarang, Luna bangkit, ia mengganti pakaian dan mengenakan sneakers putihnya. Ia melangkahkan kaki dengan mantap. Keinginannya sudah bulat. Ia harus menemui Giovanni.
Sesampainya di kantor Giovanni, ia langsung berjalan menuju ruangan lelaki itu yang berada di lantai empat. Semua orang di kantor itu sudah mengenal Luna dan memang tidak pernah menghalangi Luna bertemu Giovanni kecuali lelaki itu
sedang meeting.Pintu berwarna cokelat gelap itu terbuka. Luna langsung masuk tanpa permisi. Giovanni yang sedang menghadap jendela besar di ruangannya pun segera memutar kursinya saat mendengar suara pintu terbuka. Wajahnya berubah panik saat melihat Luna berdiri di depannya dengan tatapan tajam.
"Jadi, sejak kapan Papa suka bohong ke Luna?"
Dada Luna naik turun menahan emosi. Meski kalimatnya terdengar pelan, tapi gadis itu sudah sangat marah sekarang. Ia memejamkan mata beberapa saat untuk meredam amarahnya.
"Papa baru sampai dan langsung ketemu klien tadi."
"Kamu nggak sekolah?" Giovanni mengalihkan pembicaraan. Ia juga sebenarnya heran mengapa Luna berkeliaran di kantornya pada jam kerja tanpa seragam sekolah?
![](https://img.wattpad.com/cover/177400962-288-k429385.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
LUNARIA [SEGERA TERBIT]
Teen Fiction[COMPLETED] Lunaria. Bukan seorang gadis pecinta bulan atau pendamba langit malam. Dia hanyalah bunga cantik bernama Lunaria yang sayangnya takut pada hujan. Bukan hanya takut, tapi masuk pada kategori phobia. Namun, setiap hal terjadi bukan tanpa...