(20) MENJATUHKAN HATI

3.2K 121 0
                                    

"Pada akhirnya, sekuat apapun mengabaikan rasa, mencintaimu membuatku berkaca. Pantaskah diri ini mendambamu sementara hadirku mungkin bukanlah suatu hal yang dinanti oleh semestamu?"

-EWR

🌻

Sejak jam pelajaran terakhir ini, Luna tidak bisa konsentrasi pada pelajaran yang disampaikan Pak Dhanu, guru mata pelajaran matematika kelas sepuluh yang merangkap sebagai wali kelas X IPA 4. Pikiran Luna terus berlari pada peristiwa pagi tadi, saat untuk kedua kalinya, Angkasa menjemputnya dan berangkat bersama Luna. Bedanya, tadi pagi Angkasa menolak saat diajak sarapan bersama Riani dan Luna.

Siang nanti, setelah pulang sekolah, Angkasa mengajak Luna ke mall untuk mencari kado ulang tahun Tania. Tania akan berulang tahun ke empat belas besok, dan saat ini dia sedang dirawat di rumah sakit karena anemia-nya kambuh. Meskipun dirawat di rumah sakit, Tania masih saja menelpon Luna malam-malam dan bercerita tentang oppa-nya. Luna yakin, kalau imannya tidak kuat, pasti ia akan tergoda untuk menjadi fans k-pop juga.

Jam pulang berbunyi nyaring. Semua siswa di kelas Luna menghela nafas lega karena terbebas dari rumus-rumus yang membuat mereka pusing tujuh keliling. Tapi ada yang tidak beres dengan diri Luna. Jantungnya berdegup tidak karuan hanya dengan memikirkan Angkasa.

“Lo jadi jalan sama Kak Angkasa?” Suara Mayang membuat Luna berjengkit kaget.

Apalagi saat melihat seisi kelasnya yang hampir kosong. Hanya tersisa Mayang dan dirinya. Tak heran, semua siswa memang sangat ingin keluar dari sekolah jika sudah berbunyi bel. Tak jarang sampai minta pulang cepat segala. Padahal, besoknya, mereka juga datang lagi ke sekolah.

Belum sempat Luna menjawab, Angkasa sudah menampakkan diri di ambang pintu kelasnya dengan senyum khas yang mampu membuat Luna dan Mayang terdiam seketika.

“Luna, ayo.”

Mendengar ucapan Angkasa, Luna secepat mungkin mengalihkan pandangannya dari wajah Angkasa menuju buku-bukunya yang masih tergeletak di meja. Dengan cepat, Luna memasukkannya pada tas.

“Mayang, gue duluan ya,” ujar Luna sambil berjalan menghampiri Angkasa yang sudah berjalan terlebih dahulu.

Semangat Luna seperti meningkat seratus persen. Seperti handphone lowbatt yang baru saja di-charge sampai penuh. Setelah langkahnya sejajar dengan Angkasa, Luna tersenyum ke arah Angkasa yang sedari tadi memperhatikannya.

“Tumben lo keliatan ceria banget.”

Gimana nggak ceria kalo ada cogan di depan mata?

Tidak. Itu hanya ucapan dalam hati Luna saat ia memposisikan diri jika ia adalah Mayang. Luna sudah hafal dengan semua respon yang sering diucapkan Mayang. Dasar penggila cogan!

Mereka terus berjalan beriringan sampai ke parkiran kemudian memasuki mobil Angkasa yang terparkir di parkiran belakang sekolah.

Angkasa memang sudah memutuskan untuk selalu membawa mobil jika pergi ke sekolah bersama Luna. Ia pikir, Luna akan lebih merasa aman.

“Kalo gue ngebut lo nangis nggak?”

Luna melotot kaget pada Angkasa mendengar pertanyaan itu. Pipinya memerah seketika saat mengingat kejadian saat ia menangis di depan Angkasa.

LUNARIA [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang