(24) FATAL

2.7K 125 1
                                    

(Baca judulnya udah deg-degan dong wkwk)

"Ku kira, selagi bersamanya, hariku akan selalu baik-baik saja. Nyatanya, hal buruk akan selalu menyapa— dengan atau tanpanya."
                                     
                                            -Aksel Reynand

🌻

Minggu pagi dengan cerahnya sinar mentari cukup menarik perhatian orang-orang untuk menghabiskan waktu akhir pekan di luar rumah. Termasuk Aksel yang sudah siap dengan Fortuner putih-nya untuk pergi bersama Luna.  Dengan semangat, ia mengetuk pintu rumah Luna sambil terus mengusap rambutnya.

Pintu terbuka dan menampilkan sosok Luna yang juga sudah siap dengan hoodie oversize berwarna putih serta celana jeansnya. Senyuman Aksel mengembang sempurna. Ia selalu suka dengan gaya casual Luna. Sangat natural di matanya.

“Udah siap?”

Luna mengangguk dan tersenyum singkat. Tangannya tergerak untuk mengunci pintu rumahnya karena memang tidak ada siapa-siapa di rumah. Giovanni dan Riani sedang ada urusan pekerjaan di luar kota sampai beberapa hari ke depan. Jadi, Luna menerima tawaran pergi bersama Aksel bukan tanpa alasan. Selain karena ia jenuh sendirian di rumah, ia juga sedikit dipaksa oleh Angkasa yang menelponnya semalam.

Suasana di dalam mobil Aksel cukup menyenangkan. Aksel memutar lagu Easier milik 5 Seconds of Summer yang membuat kecanggungan mulai lenyap. Beberapa kali Aksel bersenandung mengikuti suara Luke Hemmings, salah satu personil band tersebut.

Sorry, Lun, gue malah asyik nyanyi. Nggak suka lagunya ya?” Cengiran Aksel tercipta saat menyadari bahwa di sebelahnya ada perempuan cantik yang ia diamkan.

“Suka kok, malah sampai hafal liriknya.” Luna meringis bangga. Sedangkan Aksel tersenyum lega, setidaknya selera musik mereka sama.

“Kak Aksel mau ngajak aku kemana?” tanya Luna yang memang belum tahu mereka akan kemana. Sejak semalam Aksel menelponnya, Aksel menolak untuk memberi tahu kemana mereka pergi.

“Ke tempat yang penuh makanan lezat.” Kalimat Aksel penuh dengan keceriaan. Mengundang siapapun untuk tersenyum saat mendengarnya. Begitu juga Luna yang kini menarik sudut bibirnya ke atas.

Beberapa menit berlalu, akhirnya mereka sampai di sebuah pusat perbelanjaan ternama di ibu kota. Mereka memasuki mall tersebut dengan ceria, atmosfer di antara mereka memang sedang cukup baik karena Aksel bersikap wajar, tidak menyebalkan dan menjijikan seperti biasanya.

Seperti kata Aksel tadi, ia membawa Luna ke lantai tiga bangunan tersebut yang memang diperuntukkan khusus untuk food court.

“Lo mau makan apa?” tawar Aksel saat pintu lift sudah terbuka.

Luna menatap sekeliling sambil terus berjalan di samping Aksel. Ia tersenyum lebar saat menemukan sebuah kedai es krim dengan ornamen karakter sapi yang lucu.

“Itu, Kak!” seru Luna sambil mengarahkan matanya pada kedai es krim tadi.

Aksel tersenyum lebar, sampai matanya terlihat menyipit. Entah kenapa membayangkan ia akan menggenggam satu es krim stik berbentuk kepala sapi membuat ia ingin tertawa. Tapi jika itu bersama Luna, tak apa, ia akan lakukan apapun asal gadis di sampingnya itu nyaman untuk terus bersamanya.

LUNARIA [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang