(26) SEKUMPUL HATI YANG PATAH

2.6K 117 3
                                    

"Pengabaian berkali-kali membuatku mengerti, bahwa pergi adalah hal terbaik untukku saat ini. Barangkali, akan ada hati yang bersedia menunggu kepulanganku nanti. "

🌻


“Gue kan udah bilang sama lo, Zi. Move on.

Perkataan Marcel membuat Zizi menggerutu dalam hati. Memangnya move on itu semudah menjatuhkan hati? Kalau semudah itu tentu sudah ia lakukan sejak kemarin-kemarin.

“Lo kira move on segampang nyari upil?” sentak Zizi galak. Tangannya tergerak untuk meninju bahu Marcel yang duduk di sebelahnya. 

Marcel hanya bisa terbahak melihat ekspresi kesal Zizi. Dia membenarkan ucapan Zizi. Dia juga mengalami hal yang sama, bahkan lebih parah dari Zizi. Selama empat tahun, ia hanya mencintai satu orang yang tidak pernah membalas bahkan peka terhadap perasaannya saja tidak.

“Kalo nyari upilnya di lubang telinga mah susah, Zi,” celetuk Marcel asal. Ia benar-benar sudah frustasi terhadap ketidakpekaan Zizi.

Zizi melempar tatapan jijik lantas memukul lengan Marcel dengan bantal yang sedari tadi di pangkuannya. Sedetik kemudian ia memilih bangkit untuk mengganti kaset DVD. Sejak pulang sekolah tadi, mereka menonton serial kartun doraemon yang merupakan kartun favorit mereka sejak kecil. Dan koleksi DVD mereka sudah begitu banyak, sampai mereka lupa yang mana saja yang sudah mereka tonton di hari-hari sebelumnya.

“Kalo sampai Luna pacaran sama Angkasa, gue nggak bakal tinggal diem. Emangnya dia siapa? Dateng-dateng main nyerobot gitu aja!” gerutu Zizi saat sudah kembali duduk di sebelah Marcel dengan remot di tangannya.

“Cinta kan nggak bisa dipaksa.”

Lo aja nggak bisa jatuh cinta ke gue. Padahal gue yang selalu ada, gue yang lebih dulu hadir di kehidupan lo.

Marcel mencoba untuk tidak terpancing emosi dan berniat menyakiti Angkasa lagi, karena meskipun Angkasa sudah menyakiti Zizi, itu bukan kesalahan mutlak Angkasa. Tapi jika sisi negatif Marcel sedang menguasai, apapun yang terjadi, di benaknya hanya ada Angkasa yang bersalah dan berhak mendapatkan balasan atas kesalahannya.

“Iya, gue tau. Tapi kan harusnya Angkasa mikir, selama ini siapa yang selalu ada di samping dia, yang selalu kasih semangat buat dia, yang nggak pernah menyerah walaupun disakiti berkali-kali!” sergahnya.

Lo juga harusnya mikir, Zi!

“Apa nggak bisa dia mikirin perasaan gue dikit aja. Apa nggak bisa dia nyoba nerima gue gitu?”

Apa lo bisa?

Marcel merasakan ngilu di dadanya. Semua yang Zizi rasakan sama dengan apa yang Marcel sembunyikan selama ini. Selama empat tahun, yang bisa Marcel lakukan hanyalah selalu ada, meski bukan dia yang selalu Zizi sebut namanya. Meski bukan dia yang selalu Zizi perhatikan. Meski Marcel hanya bisa bersembunyi di balik nama persahabatan.

“Cel, apa gue perlu melakukan percobaan bunuh diri biar Angkasa mau nerima gue?”

“Lo jangan serendah itu juga kali!” sinisnya.

“Jadi gue rendahan ya? Gue murahan? Lo sama kaya Angkasa, sama-sama nggak tau gimana cara menghargai perempuan!”

Zizi menatap tajam ke arah Marcel yang kini menunduk, berusaha menahan emosi agar tidak sampai membentak Zizi.

“Lo nggak pernah mikirin perasaan gue! Lo selalu nyuruh gue move on dengan gampangnya! Lo kira itu satu-satunya solusi?!”

Marcel kini mengangkat kepalanya. Ia menatap Zizi dengan tatapan tak kalah tajam. Ia gagal mengontrol emosinya.

LUNARIA [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang