(4) BIDADARI DARI BULAN

6.4K 261 5
                                    

"Everyday, I need to see your smile, simply because it makes me happy."

                                                       -Unknown

🌻

Setelah seleksi tahap kedua kepengurusan OSIS dilaksanakan dua hari yang lalu, hari ini pengumuman kandidat yang lolos menjadi pengurus OSIS baru sudah terpasang di mading. Untuk kelas sebelas, ada beberapa anggota baru yang juga ikut bergabung, tapi kebanyakan mereka adalah anggota lama yang bertahan.

Dan hari ini juga, pemilihan ketua osis baru akan dilaksanakan. Awalnya Luna berpikir, Angkasa mungkin mencalonkan diri menjadi ketua osis, tapi ternyata tidak. Pemuda itu bahkan bercerita padanya jika ia menolak permintaan Dito, ketua OSIS lama yang mencalonkannya menjadi ketua osis. Alasannya adalah, Angkasa tidak mau terlalu terbebani. Ya, karena Angkasa memang menyandang status sebagai kapten tim futsal di sekolahnya. Untuk itu, ia takut tidak bisa menjaga kepercayaan Dito jika ia menjadi ketua osis.

Ngomong-ngomong tentang Angkasa, Luna jadi ingat kejadian seminggu yang lalu, saat Angkasa mengantarnya ke rumah dan hujan turun dengan derasnya. Ia tersipu hanya dengan membayangkan saat Angkasa memeluknya, rasanya sangat nyaman. Bahkan Angkasa tidak meninggalkan Luna saat Luna berkata ia tidak apa-apa. Angkasa pergi saat Riani sudah pulang. Alhasil, Riani sering meledek Luna berpacaran dengan Angkasa.

“Lun, kita lolos!” Teriakan Mayang membangunkan Luna dari lamunannya. Mayang yang tadi berdiri di sampingnya untuk mengantri di depan papan mading, kini sudah merengsek masuk ke dalam kerumunan dan berada tepat di depan papan mading. Luna ngeri sendiri membayangkan jika ia harus ikut Mayang untuk berdesak-desakan.

Setelah Mayang berhasil keluar dari kerumunan itu, Luna segera berjalan ke arah lapangan dimana sebentar lagi pemilihan ketua osis akan dibuka. Para siswa sudah berkumpul dan duduk di teras-teras kelas untuk mendengarkan arahan dari panitia dan tentu saja mendengar pidato dari masing-masing calon.

Di tengah lapangan sudah tersedia beberapa bilik untuk mencoblos, dan beberapa panitia yang merupakan anggota osis lama memakai jas hitam dengan strip abu-abu kebanggaan mereka dengan logo SMA Gemilang di lengan kanan. Mayang bahkan sedari tadi sudah mengatakan bahwa ia sudah tidak tahan untuk mengenakan jas itu. Luna sebenarnya tidak habis pikir karena sejak SMP ia dan Mayang juga sudah mengikuti OSIS, bahkan Mayang pernah menjabat sebagai bendahara OSIS, tapi kenapa sekarang Mayang jadi se-lebay ini?

“Lun, kemarin Kak Aksel chat gue masa, minta nomor whatsapp lo.” Celetuk Mayang saat Luna sedang asyik menatap Angkasa di tengah lapangan sana.

“Dia kan minta ke Kak Marissa tapi nggak dikasih, kan tau sendiri  Kak Aksel itu playboy, May.” Balas Luna tanpa mengalihkan pandangannya dari Angkasa.

Marissa memang sempat datang ke rumah Luna dan mengatakan bahwa Aksel meminta nomor whatsapp-nya. Tapi Marissa juga berkata bahwa Luna harus berhati-hati dengan Aksel, karena Aksel memang hobi mempermainkan perempuan. Dan sejak saat itu pula, Luna menarik kata-katanya yang mengatakan senyum Aksel mirip dengan gemerlap bintang.

“Iya juga sih, tapi kalo dia nembak gue mah gue terima aja. Kapan lagi coba?”

Luna memutar bola matanya. Jenuh dengan kelakuan Mayang yang selalu memuja lelaki tampan.

“Ya udah sana pacarin aja, May. Paling juga sehari doang putus.”

Sepersekian detik setelah mengatakan itu, Luna harus menerima cubitan maut khas seorang Mayang Halwatuzahra. Hobi sekali dia melakukan kekerasan terhadap temannya.

LUNARIA [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang