(42) HELPLESS

2.3K 107 5
                                    

"Pada setiap ketidakmampuanku akan sesuatu, selalu terbesit harapan saat mengingat namamu. Namun, kini, aku terjebak dalam keputusasaan ini. Sendiri. Tanpa kamu yang berusaha melindungiku lagi."

-Lunaria Giovanni Adara

🌻

Sudah pukul sembilan malam dan Angkasa belum bisa menghubungi Luna. Ia berniat tidur karena ia pikir Luna ketiduran hingga membiarkan ponselnya lowbatt. Namun, sebuah panggilan masuk membuat senyumnya terbit. Ia segera meraih ponselnya yang tergeletak di atas nakas.

"Halo, Mas Angkasa, ini bi Asri."

Angkasa masih ingat, bi Asri adalah asisten rumah tangga di rumah Luna. Seseorang yang sering membukakan pintu rumah Luna saat ia datang. Namun, Angkasa belum bisa menebak mengapa bi Asri menghubunginya malam-malam begini.

"Iya bi. Eh, Luna mana ya?"

"Itu dia, Mas. Saya juga mau tanya sama Mas Angkasa siapa tau Mas tau dimana mba Luna sekarang. Soalnya ini mbak Mayang juga nyariin."

Mata Angkasa terbelalak kaget. Jika bi Asri saja tidak tahu Luna kemana, maka apa itu bukan berarti sebuah bahaya?

"Mbak Luna tadi pergi buru-buru gitu, bi Asri tanyain mau kemana nggak dijawab."

Rasa khawatir perlahan menyelimuti diri Angkasa. Pasti ada sesuatu yang terjadi. Ia yakin, Luna bukan tipe perempuan yang suka main tanpa ingat waktu.

"Orang tua mbak Luna juga nggak tau mbak Luna kemana." Nada bicara bi Asri terdengar parau.

"Angkasa bakalan cari Luna sampai ketemu, Bi," ucap Angkasa sebelum ia mematikan sambungan telepon dan menaruh ponselnya pada saku celana bagian depan. Ia memakai jaket kulitnya dan segera mengunci kamar kost-nya.

Dengan kecepatan tinggi, motor milik Angkasa membelah jalanan ibu kota yang sedikit lengang malam ini. Mungkin orang-orang sudah sampai di rumah mereka sehingga tidak memenuhi jalanan karena besok adalah workday.

Pikiran Angkasa berkecamuk. Ia belum tahu harus mencari Luna kemana, tapi yang terpenting, ia harus datang ke rumah Dito, ia harus memastikan apakah Marcel berhubungan dengan menghilangnya Luna atau tidak.

Sesampainya di rumah Dito, ia melihat Dito yang tampak sedang menelpon seseorang sambil marah-marah. Bahkan Dito melempar ponselnya pada meja yang terletak di teras rumahnya.

"Angkasa?"

Pemuda itu menghentikan sesi marahnya sebentar saat melihat Angkasa di depan rumahnya dengan ekspresi panik luar biasa.

"Kak, gue mau tanya, Marcel kemana?"

Kening Dito mengernyit. Ia juga tidak tahu Marcel ada di mana karena sejak kemarin, kembarannya itu tidak pulang.

"Apa dia belum pulang hari ini?" tanya Angkasa yang tidak sabar mendengar jawaban Dito.

Dito mengangguk, lantas bertanya heran, "Dia bahkan nggak pulang sejak kemarin. Lo tau dimana Marcel?"

Yang ditanya justru memijat pelipisnya frustasi. Rasa khawatir benar-benar menyakiti Angkasa secara perlahan.

"Lo bisa lacak keberadaan Marcel nggak? Luna juga menghilang, Kak. Gue takut Luna diapa-apain sama Marcel soalnya waktu itu juga gue liat Marcel bawa Luna ke rumah sakit jiwa."

Mata Dito melotot seketika. Ia sama sekali tidak tahu apa yang dilakukan Marcel selama ini. Berarti kemungkinan Luna bersama Marcel sekarang bisa saja terjadi mengingat Marcel yang selalu bilang akan membalas dendamnya.

LUNARIA [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang