"Apa gunanya aku terus bersamamu jika yang ada di pikiranmu selalu saja dia?"
-Aksel Reynand
🌻
“Apa yang sebenernya lo rencanakan?”
Marcel memutar bola matanya malas. Baru saja ia sampai rumah malam ini, Dito dengan ekspresi tidak menyenangkan sudah menghadangnya di depan pintu.
“Minggir!” perintah Marcel tanpa menanggapi pertanyaan Dito tadi.
Dito menutup jalan dengan badan dan kedua tangannya, tak membiarkan kembarannya masuk sebelum menjawab pertanyaannya.
“Jawab pertanyaan gue!”
Kemarahan tak lagi bisa Dito sembunyikan. Apalagi melihat Marcel yang masih mengenakan seragam pramuka saat jam sudah menunjukkan pukul delapan malam. Padahal setahu Dito, Marcel tidak pernah mengikuti kegiatan apapun di sekolahnya.
Bukannya menjawab, Marcel justru mendorong tubuh Dito sekuat tanaga hingga tubuh kembarannya itu terseok ke belakang. Kemudian Marcel melangkah menuju kamarnya, meninggalkan Dito dengan rasa marah yang sudah menumpuk di kepala.
Dito menghela nafas sebelum akhirnya memilih duduk di sofa ruang tamu. Ia menjambak rambutnya frustasi. Melihat kelakuan Marcel yang kian hari kian jauh dari ekspektasinya benar-benar membuat beban di pundaknya terasa sangat berat. Padahal Ayahnya selalu berpesan agar selalu saling mengingatkan. Dan Dito sudah berjanji ia akan membantu Ayahnya dalam mengurus Marcel yang keras kepala itu. Tapi faktanya, di saat ayahnya sibuk mencari nafkah, Marcel justru selalu bertindak semaunya.
“Ayah tadi kesini.”
Marcel yang baru saja menuruni anak tangga terakhir itu duduk di sofa yang ada di depan Dito. Tangannya bergerak menyalakan satu batang rokok yang sudah ia selipkan pada bibirnya. Dito membuang muka, ia sangat tidak suka dengan rokok. Ia juga tidak tahu apakah ada manfaat dalam sebatang rokok selain kepuasan dari si perokok. Yang ia tahu, rokok adalah sumber segala penyakit dan sebisa mungkin ia akan menghindarinya.
“Ngapain dia? Bukannya dia lebih sayang sama perusahaan minyaknya dibanding kita?” sentak Marcel dengan sinis.
Ia yakin, sebentar lagi Dito akan memarahinya karena ucapannya barusan. Ia sangat paham jalan pikiran kembarannya itu.
"Ayah kerja keras buat kita. Kalo ayah nggak kerja juga lo nggak bakalan bisa seneng-seneng sama geng lo itu!" cerca Dito yang sudah sangat geram menghadapi ketidaksopanan Marcel.
See?
“Lo pikir yang bayarin sekolah kita, makan kita, keperluan kita semua siapa yang bayar kalo bukan ayah? Masih mending ayah inget kita disaat ayah udah memutuskan kehidupan barunya.”
Ya, ayah mereka sebentar lagi akan menikah dengan seorang kliennya. Ayah mereka juga sudah tidak tinggal bersama mereka, karena rumah ini selalu mengingatkannya akan sakitnya dikhianati oleh seorang wanita yang sangat ia cintai.
“Gue salut sama lo yang selalu bisa ceramahin gue disaat hati lo nggak baik-baik aja,” sindir Marcel dan sepenuhnya memang benar.
Dia tahu, Dito sedang kalut karena ayahnya memutuskan menikah lagi, Dito takut ayahnya akan lepas tanggung jawab terhadap mereka. Dan ia juga takut, Marcel semakin menjad brutal.
“Jangan mengalihkan pembicaraan.”
Marcel tergelak. Tentu saja Dito akan menutupi perasaannya dengan baik. Dito adalah tipe orang yang tidak mau terlihat kalah akan keadaan.

KAMU SEDANG MEMBACA
LUNARIA [SEGERA TERBIT]
Novela Juvenil[COMPLETED] Lunaria. Bukan seorang gadis pecinta bulan atau pendamba langit malam. Dia hanyalah bunga cantik bernama Lunaria yang sayangnya takut pada hujan. Bukan hanya takut, tapi masuk pada kategori phobia. Namun, setiap hal terjadi bukan tanpa...