(6) JATUH CINTA SENDIRIAN

5.7K 210 7
                                    

"Okay, ignore me, but one day you're going to miss how much I cared."
                                                              -Unknown

🌻

Bel istirahat nyaris membuat Hanan melempar ponsel yang tengah ia genggam secara sembunyi-sembunyi. Pak Malik, Guru Bahasa Indonesia yang sedang menerangkan materi tentang surat resmi itu mau tidak mau harus mengakhiri penjelasannya dan keluar kelas.

“Anjirrr, bel istirahat bikin jantungan aja!”

Angkasa menoleh pada Hanan yang merupakan teman sebangkunya. Ia sudah paham apa maksudnya. Sudah bukan rahasia lagi jika Pak Malik dan segudang materi beserta penjelasan bertubi-tubi tanpa jeda dan spasi itu membuat beberapa kalangan siswa merasa jenuh. Apalagi siswa yang sejenis Hanan ini. Sudah pasti kerjaannya hanya baca cerita fiksi di sebuah aplikasi berwarna orange. Hanan bukan kutu buku. Ia hanya membaca cerita fiksi bergenre fantasi. Menurutnya, cerita fantasi bisa membuat kita ketagihan dan terus membaca sampai selesai. Kalau kata cewek-cewek sih seperti drakor.

“Lo kan suka banget sama cerita fiksi, kenapa ngga suka bahasa indonesia? Kan ngga nyambung!” celetuk Aksel yang duduk di sebelah kanan dari meja Hanan dan Angkasa.

“Pak Malik pernah bahas cerita fantasi tentang vampire, werewolf gitu nggak?”

Pertanyaan itu membuat Aksel menggeleng cuek.

“Nah, itu dia alasan gue.”

Tak ada yang merespon lagi ucapan Hanan. Baik Aksel maupun Angkasa, mereka sama-sama bangkit dan berjalan menuju kantin.

What the ...” gumam Hanan, hampir saja mengucapkan kata-kata yang sudah dilarang ibunya untuk diucapkan.

Hanan sih cerdas banget! Ibunya Guru Bahasa Inggris, eh dia marah-marah sambil mengumpat dalam bahasa inggris. Habis sudah riwayatnya!

Hanan segera menyusul Aksel dan Angkasa ke kantin. Sampai disana, mereka masih sibuk dengan ponsel masing-masing sambil menunggu pesanan mereka siap.

“Udah gue pesenin,” kata Aksel saat Hanan berdiri dan bersiap memesan makanan.

“Tumben eleng konco,” celetuk Hanan menggunakan bahasa jawa sambil mendudukkan kembali tubuhnya dan mengangkat satu kakinya.

“Gue lagi seneng soalnya.” Aksel sudah memahami setiap kata dalam bahasa jawa yang sering Hanan ucapkan, tapi untuk memgucapkannya, ia masih perlu banyak belajar.

Hanan dan Angkasa tak berniat merespon. Mereka sedang fokus pada makanan yang baru saja diantar ke meja mereka. Tiga porsi jumbo bakso dan tiga gelas es jeruk. Lagipula, mereka sudah terlalu hafal degan tingkah Aksel. Jika bukan karena cewek, lantas apa lagi?

“Lo dapet siapa lagi?” Rasa penasaran Hanan akhirnya muncul juga setelah tadi ia memilih diam.

Aksel meringis dan menunjukkan sebuah profil picture whatsapp milik seseorang. Hanan nampak mengernyit karena tak mengenali seseorang dalam foto itu. Tapi Angkasa, ia membelalakkan mata saking terkejutnya.

“Lo jadian sama Luna?” tanya Angkasa dengan nada terkejut yang tak dapat ditutupi.

“Lo kenal Luna?”

Bahkan gue udah kenalan sama kakaknya.

“Pas pendaftaran OSIS nggak sengaja ketemu, tetangganya si cempreng.”

Cempreng adalah julukan yang diberikan oleh anak-anak OSIS dan pramuka untuk Marissa. Alasannya ya karena suaranya yang maha dahsyat itu.

“Oh iya, kenapa gue nggak inget Luna tetangganya si cempreng. Wah, bisa sering modus nih.”

LUNARIA [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang