coffee break

8.1K 1K 105
                                    

Apa rasanya terjebak di suatu kafe dengan mantan. Karena hujan yang sama - sama menahan kita disini. Gue ketemu Jeffrey kali ini. Jeffrey mantan gue pas SMA. Inget dan gue sekarang udah kerja.

Percaya atau tidak Jeffrey bisa dibilang mantan yang tidak gue inginkan. Sangat tidak. Dia mendekati sempurna. Jeffrey yang meminta gue buat mutusin dia. Karena dia mau kuliah di Aussie waktu itu. Dan seperti dugaan dia gamau ada hubungan jarak jauh. Jeffrey tidak mau mutusin gue. Karena dia enggak mau menyakiti gue. Tapi salah dengan dia seperti itu malah menyakiti gue lebih dalam.

"Trus kerjaan lo gimana?" sambung gue. Gue udah ngobrol sama dia kurang lebih 20 menit yang lalu. Karena kafe ini sepi terlebih ini mendekati jam operasional kafe.

"Baik, lancar aja. Lo?"

"Hm- sedikit kacau sih kemaren. Kantor cabang bikin ulah kemaren"

Jeffrey mengangguk sambil menyeruput kopinya. Tidak ada yang berubah dari Jeffrey dia tetap sama bedanya dia tambah ganteng. Bolongan pipi yang jadi spot favorit gue waktu itu juga masih terlihat jelas.

"Lo inget Anne" ucap Jeffrey membuyarkan lamunan gue.

"Ann-?" gue coba mengingat - ingat.

"Anne Marie, yang dulu rambutnya sebahu"

"Oh iya inget. Kenapa?"

"Dia nikah minggu depan"

"OH ya" kata gue excited. Anne terkenal cewe yang ambis dan jarang deket sama cowo. Dia nikah duluan. Buat diri gue yang udah kepala 3 gue sedikit mengasihi diri sendiri.

"Iya. Lo ga di undang?"

"Hmm gatau sih. Gue belom nanya orang rumah"

"Lo tinggal sendiri?" tanya Jeffrey sambil naikin satu alisnya.

"Iya. Semenjak gue kerja gue sambil nyicil apartemen"

"Good. Gue seneng lo banyak perkembangan dan gak kayak dul—" Jeffrey menghentikan kalimatnya.

Sejak gue putus sama Jeffrey. Gue berubah jadi orang yang sangat ansos. Cuek dengan keadaan, hidup enggak sehat, yang gue lakukan selain kuliah cuma di kamar stalking akun Jeffrey. Mungkin hanya Johnny yang tau gue begitu. Dan mungkin Johnny selama ini cerita bagaimana gue 1 tahun hidup seperti itu setelah putus sama Jeffrey.

Kita sama - sama terdiam. Hujan di luar mulai mereda. Tapi kenapa jantung gue terus terdetak kencang. Gue sungguh kangen Jeffrey. Tapi sayang gue enggak ada hak buat peluk dia.

Sampai akhirnya Jeffrey pamit balik. Dia bangkit dari kursi. Tapi gue malah menahannya.

"Jeff" kata gue lirih.

"Iya?" Jeffrey berbalik arah memandang gue.

Kali ini aja tolong, gue kangen banget sama Jeffrey.

"Aku kangen" kata gue lirih sambil memejamkan mata. Satu detik kemudian gue enggak mendengar suara apapun. Apa Jeffrey ngilang?

Tapi pas gue buka mata. Jeffrey udah di depan gue. Dia tersenyum. Sambil melebarkan tangannya.

"Free hug" kata dia sambil tersenyum. Tanpa aba - aba gue berdiri, langsung meluk Jeffrey.

Pelukan yang sama hangatnya seperti 6 tahun lalu. Jeffrey bukan mantan gue. Jeffrey adalah kenangan indah yang Tuhan kasih. Yang sekedar buat gue rasain, tapi enggak buat gue miliki.

"Cinta banyak bentuknya. Dan ga harus saling memiliki. Contohnya gue ke lo. Gue cinta sama lo. Tapi mungkin takdir kita ga saling memiliki" kata Jeffrey melepas pelukannya. Dia mengacak rambut gue pelan.

"Jangan ngebuat hal yang bikin diri lo susah. Karena kalo lo susah gue lebih sakit ngelihatnya" ucap dia.

Tapi ada satu kalimat yang sangat menohok gue saat itu.

"Btw, dateng ya ke acara tunangan gue bulan depan" lalu Jeffrey pergi.

"Btw, dateng ya ke acara tunangan gue bulan depan" lalu Jeffrey pergi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


NCT Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang