(3)

2K 190 26
                                    


•|GONE|•

#3



Danial Arsalan Arga, hidupnya hampir sama seperti Alanza, namun bedanya Alan lebih tersiksa karena dia tidak bisa melihat, hanya kegelapan yang ia rasakan.

Ibu Alan meninggal sejak umur Alan menginjak 6 tahun, Ibunya mengalami kecelakaan beruntun.

Saat kepergian Ibunya, Papa Alan tidak terima jika istrinya meninggalkannya, hanya Alan satu-satunya yang membuatnya kuat dan bekerja keras agar Alan bisa bahagia. Ibu Alan tidak tergantikan, Papanya masih sangat mencintai almarhum istrinya walau dia sudah memiliki istri baru. Dia menikah lagi hanya untuk Alan agar dia merasakan bahagianya memiliki seorang Ibu, namun sayang Papanya tidak tahu jika wanita yang ia nikahi itu sangat tidak suka pada Alan, wanita itu hanya bahagia dengan fasilitas yang dimiliki Papa Alan.

Alan tidak melaporkan Ibu tirinya karena ia tidak ingin Papanya sedih lagi tanpa seorang pendamping, Alan bahagia wanita itu hadir karena membawa gadis kecil yang menyayanginya yaitu Kalea, Kalea tidak seperti Mamanya, dia sangat menyayangi Alan sebagai seorang kakak yang baik.

Jika Alan terlihat bersama Kalea saat Mama Kalea ada dirumah maka Alan akan dipukuli, disiksa di kamar mandi, dikunci di gudang dan sebagainya. Mama Kalea tidak suka jika Alan bersama putri kesayangannya, dia menganggap jika Alan akan melukai putrinya karena dia sering menyiksa Alan, berfikir jika Alan akan melampiaskan penderitaannya ke Kalea. Tapi pikiran buruknya itu sama sekali tidak terfikirkan oleh Alan, dia tidak pernah ingin melampiaskan penderitaan ke orang lain, cukup dia saja yang menderita jangan orang lain, itu prinsipnya.

Kenapa para pelayan di sini selalu diam menunduk saat Alan disiksa? Itu karena perintah Alan, Alan menyuruh mereka semua diam dan tutup mulut saat Papanya pulang, pernah ada pelayan yang membantu Alan dan menentang Mama Kalea, pelayan itu ikut disakiti dan Alan tidak bisa membantu karena dia tidak bisa melihat.

Biasanya Alan menyesal terlahir dengan keadaan buta dan biasanya juga Alan bersyukur karena terlahir buta. Ia menyesal  buta karena dia tidak bisa menolong orang di sekitarnya dan tidak bisa melihat wajah mendiang Ibunya, dan dia bersyukur buta karena dia tidak bisa melihat dirinya yang diam saja saat disiksa Ibu tirinya.

"Kak Alan,"

"Iya? Kenapa?"

"Jalan-jalan yuk kak," ucap Kalea yang sangat ingin keluar bersama Alan.

"Sudah malam, kamu gak ngantuk?"

"Masih jam setengah delapan, besok sekolah libur. Ayo kak,"

"Yaudah ayo, kamu mau kemana emangnya?"

"Terserah kakak,"

"Yaudah ayo."

Mereka keluar dijaga oleh pak Amin. Pak Amin sudah lama bekerja di rumah Alan untuk menjaganya saat ingin keluar. Sejak kecil jika Papa Alan sibuk, pak Amin yang selalu menjaga atau menemani Alan, jadi Alan sudah menganggap pak Amin itu sama seperti Papa kedua.

Mereka jalan-jalan ke tempat bermain.

•••

"Langsung pulang kak?" tanya Kalea saat berada di mobil.

"Iya, emang kamu mau kemana lagi?"

"Ke cafe,"

"Kamu laper? Kalo laper mending ke restoran."

"Gak terlalu laper, pengen ke cafe aja."

"Yaudah. Pak, mampir ke cafe dekat perusahaan papa." ucap Alan kepada pak supir.

Gone(✔)🔚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang