"Minju,"
"Apa?"
"Gue suka sama seseorang di tempat bimbel gue. Tapi, gue ga berani nyampainnya, soalnya dia terlalu jauh buat gue gapai."
"Gue ga tau harus kasih saran apa, Jaem. Mungkin, lo bisa kebantu kalau baca buku yang judulnya What Should I D...
"Ju, gue mau cerita sama Lo," tutur pemuda itu dengan yakin.
Gadis itu hanya menatap Jaemin. Tatapan itu mengisyaratkan cerita-aja-gue-bakal-dengerin-semuanya.
"Gue, suka sama seseorang di tempat bimbel gue, Ju. Dia cantik, supel, terus jugaー"
"Oh, intinya temen bimbel Lo itu mirip gue, 'kan?" potong Minju tiba-tiba.
"Geer Lo!"
"Akui aja, Jaem. Jangan malu-malu gitu." sahut gadis itu sembari mengibaskan rambutnya dengan bangga.
Jaemin memutar bola matanya, "gimana mau cerita nih, kalau gue lagi ngomong malah dipotong begini?"
"Hehehe," Minju terkekeh malu, gadis itu kembali melanjutkan suapan makannya, "iya-iya, ga gue potong lagi, kok."
"Okelah.. gue akui, dia agak mirip sama Lo, deh." tutur pemuda itu akhirnya, "tapi dia jauh lebih kalem daripada Lo. Gue juga ga tau kenapa, mata gue ga bisa berhenti memandangi dia."
"Kalau Lo suka sama dia, kenapa ga langsung bilang aja sama dia?"
Jaemin termenung mendengar usulan Minju. "Kalau gue bisa, mungkin udah gue bilangin dari lama, Ju," jawab pemuda itu.
"Loh, apa yang bikin Lo ga bisa, Jaem?"
"Ya...." Jaemin mengalihkan pandangannya ke kanan, Pemuda itu tampak mencari susunan kata yang pas untuk menggambarkan alasannya, "gue rasa, gue ga pantes aja gitu..."
Minju terkejut, gadis itu sampai meletakkan kembali sendoknya. "Jaem, gue benci mengakuinya, tapi ini gue terpaksa. Lo itu ganteng, Na Jaemin! Kenapa orang seganteng Lo merasa insecure buat ngungkapin perasaan? Apa tingkat kegantengannya harus melebihi Kak Taeyong dulu, baru boleh, gitu?" omel Minju. Sepertinya gadis itu sedikit gemas dengan rasa kurang percaya diri sahabatnya ini.
"Bukan begitu, Minjoo.."
"Kalau bukan gitu terus gimanaa, Jaemiinnn?"
"Gue ngerasa kalau si Olivia itu udah bikinー"
"ーoh, namanya Olivia,"
"EH, ANJIR GA SENGAJA 'KAN JADINYA SEBUT MEREK!" seru Jaemin heboh, sampai-sampai satu kantin melihat kearahnya.
Minju yang menyaksikan perilaku bodoh Jaemin hanya bisa tertawa cekikikan, sebelum pemuda itu bisa mengendalikan lagi emosinya. "Yah, kalau Lo tau sih, gapapa. 'Kan Lo ga tau yang mana orangnya."
"Iya sih gue ga tau orangnya," ucap Minju membetulkan, "tapi kalau gue ingin, gue bisa cari tau yang mana orangnya. Relasi gue 'kan banyak, hehehe."
"Iyain, yang ikutan Forum Jurnalistik tingkat SMA Se-provinsi, 'kan jadi punya banyak informan." ejek Jaemin. Pemuda itu menyeruput minumannya sekali lagi sebelum melanjutkan ceritanya yang sempat terputus. "Gue rasa si Olivia udah bikin tembok, Ju."
"Tembok gimana?"
"Ya... semacam... dia ga mau gue itu berharap lebih sama dia."
Minju terdiam sebentar, entah kenapa ia merasa sedikit tertohok dengan keadaan yang Jaemin rasakan.
"Karma.." gumam gadis itu tanpa sadar.
"Apa Ju?? Lo ngomong apaan?" Beruntung, Jaemin tidak mendengar perkataan Minju barusan.
"Bukan apa-apa kok, Jaem," gadis itu kembali menyambung aktivitas makannya, "maaf ya Jaem, kayaknya gue ga tau mau kasih solusi apa buat Lo."
"Gapapa kali, Minjoo. Lagian, dengan Lo mendengarkan cerita gue ini, gue merasa lega banget. Setidaknya, gue ga nyesek-nyesek amat."
"Tapi kayaknya," potong Minju cepat. "Gue tahu sesuatu yang mungkin bisa menjadi solusi buat Lo, Jaem. Lo mau tau, ga?"
Atensi Jaemin tertarik erat, langsung saja pemuda itu memandang Minju dengan sorot mata berbinar, "mau banget malah, Ju!"
"Baca Wattpad-nya Matchamoccio, judulnya bukunya What Should I Do. Soalnya novel yang itu mirip banget sama pengalaman Lo."
"Tapi Ju..."
Minju menatap Jaemin, mempersilahkan pemuda itu untuk melanjutkan perkataannya.
"Gue ga punya Wattpad."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.