"Minju,"
"Apa?"
"Gue suka sama seseorang di tempat bimbel gue. Tapi, gue ga berani nyampainnya, soalnya dia terlalu jauh buat gue gapai."
"Gue ga tau harus kasih saran apa, Jaem. Mungkin, lo bisa kebantu kalau baca buku yang judulnya What Should I D...
Teriakan Jeno menggema di seluruh penjuru kantin. Ini pukul lima sore, sekolah telah sepi sedari tadi. Hanya ada panitia, beberapa guru, satpam dan beberapa penjaga kantin yang masih tinggal.
Jaemin dan Jeno baru saja mampir dari McD. Karena jiwa pelit Jaemin, mereka akhirnya makan di kantin biar panitia lain tidak ada yang menciduknya.
"Apa salahnya kan?" ucap Jaemin acuh tidak acuh, ia asik menggerogoti ayamnya.
"Ga salah," tanggap Jeno sebelum menggigit big mac miliknya. "Cuma terlalu cepat kalau sekarang."
Mendengar komentar itu, Jaemin menegapkan badannya, dan meletakkan ayamnya sebentar. "Gue mo nanya, deh. Letak cepatnya itu dimana, Jen? Secara gue udah kenal diaーsejak dalam kandungan malah."
"Lo masih bayi Jen, soal percintaan ini." Dengan senang hati, Jeno menoyor kepala Jaemin yang sekarang merasa jika dirinya adalah pakar dalam percintaan.
"Gini," Jeno memilih untuk meletakkan Big Mac-nya. Pemuda itu pasti ingin memulai pembicaraan serius, "gue tau persahabatan Lo sama Minju itu udah terbentuk sejak kapan. Tapi... mau selama apapun persahabatan kalian, Lo harus memberi waktu juga untuk PDKT sama Minju in case you both just confessing each other, yesterday."
"Terus?" Jaemin menaikkan sebelah alisnya, masih belum mengerti dengan penjelasan Jeno.
"Lo harus beri Minju kesempatan."
Perkataan Jeno betul, Jaemin benar-benar prematur soal beginian, "kesempatan gimana?"
Sabar Jeno, jangan sampai kesal dengan kepolosan Jaemin.
"Kalau hubungan Lo sama Minju itu mau diupgrade dari sebatas teman kecil jadi pacaran, gue yakin sikap Lo ke Minju pun sedikit banyak pasti ada yang berubah. Kasih kesempatan buat Minju mengenal bagaimana sifat Lo kalau lagi 'pacaran'. Soalnya gue takut nanti Minju malah kagok sampai-sampai dia ga tau bagaimana merespon semua sikap Lo."
Jaemin termenung. Benar juga apa yang dikatakan Jeno. Teman kecilnya itu sama sekali tidak pernah pacaran, begitu juga dengan dirinya.
Benar, mereka sama-sama menghadapi cinta pertama.
"Jaem, gue punya ide buat prosesi penembakan, Lo mau atau ga?"
Kejadian ini, sukses membuat Jaemin bingung apa yang harus ia alasankan kepada Minju nanti malam.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.