"Ga capek apa, galau mulu?"
Ucapan itu terlontar bersamaan dengan Sang Gadis meletakkan kopi pesanan Jaemin di dekat kepalanya. Jaemin mengangkat wajahnya dari meja, pemuda itupun bisa melihat ekspresi jahilnya Minju. Tentu saja, sahabat kecilnya ini pasti senang melihat dia sedang galau begini.
"Gue tebak, Lo pasti senang ya... gue galau-galauan begini?" tanya Jaemin sembari menyipitkan matanya.
"Ya... ga juga, sih. Karena sekarang Lo sedang hobi untuk galau, makanya gue mulai memaklumi."
Mendengar alasan itu, Jaemin hanya bisa mendengus sebal. Lebih tepatnya, pemuda itu tidak tahu harus menanggapi apa.
Minju menyeruput matcha pesanannya. Di saat yang sama, makanan yang tadi mereka pesan pun datang. Gadis itu langsung mengambilnya dan mulai makan dengan lahap. Sementara Jaemin, makan tanpa minat.
"Lo sekarang lagi galauin apa, sih?" tanya Minju, yang tak kuat lagi menyembunyikan rasa penasarannya.
"Dibilang galau, engga juga, kok. Gue cuma lagi kesel aja."
"Kesel kenapa?" Mata gadis itu mengerjap beberapa kali, tanda penasaran.
"Kemaren waktu gue ngajak Via ke kantinー"
"Hooo, sekarang udah punya panggilan kesayangan ya?" cerocos Minju, dengan senyuman iseng andalannya.
"Tuhkan, cerita gue dipotong lagi!" Jaemin jadi memberungut. Ceritanya kesel akibat perkataannya dipotong begitu saja.
"Jangan unmood gitu dong, Na Jaemiin!" seru Minju, bener-bener gemas dengan tingkah sahabatnya. "Sok atuh dilanjut, gue dengerin sampai habis, serius!"
Baiklah, Jaemin kembali menyambung ceritanya. "Kemarin 'kan gue ngajak Via buat ke kantin bimbel. Nah, si Hanjis-Hanjis ini juga ikutan. Trus pas gue lagi pesen minuman, tiba-tiba aja tuh anak berdiri di samping gue, cuma buat bilang 'Lo itu ga pantes buat Olivia. Mendingan Lo buang semua rasa suka Lo, deh.' Gitu katanya."
Minju manggut-manggut, mendengarkan cerita Jaemin dengan saksama.
"Kim MinjoOOoO, gue harus ApAaAAa?" seru Jaemin, jadi gemas sendiri.
"Loh, Lo udah selesai ceritanya?" diluar ekspektasi Jaemin, Minju justru bertanya balik kepadanya. "Bilang, dong! Biar gue bisa memberikan tanggapan gue."
"Yaudah, gue harus apa sekarang, coba?"
Minju meletakkan sendoknya, jemari gadis itu mulai mengetuk-ngetuk dagu sendiri. Sepertinya, Minju sedang mencari solusi untuk pemuda ini.
"Gue juga ga tau, Jaem." balas Minju akhirnya, "soalnya, gue ga pernah ada di posisi lo."
"Tentu aja," sahut Jaemin pasrah. "Lo itu cewek. Gue itu cowok. Wajar aja sih, Lo belum pernah ngerasain posisi orang yang duluan menyatakan perasaan, 'kan? Rata-rata yang duluan nyatain perasaan itu, biasanya posisi yang cowok."
"Bener juga," gumam gadis itu membetulkan.
"Tapi," Minju langsung menyambung perkataannya. Seolah-olah tidak mau untuk dipotong. "Lo pernah ga, merasakan orang yang Lo suka, malah curhat tentang orang yang dia sukai ke Lo?"
Jaemin bungkam. Saking tak mampunya untuk bicara, pemuda itu hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Gue sering." ungkap Minju, "apalagi dia juga temen kecil gue. Gue ga bisa apa-apa lagi selain pasrah doang."
Jaemin terdiam. Memikirkan baik-baik setiap perkataan yang Si Gadis lontarkan kepadanya.
"Minju," panggil Jaemin kebingungan.
Minju menoleh, meski ia sedang sibuk menyeruput matcha pesanannya.
"Jadi, Lo punya teman kecil cowok selain gue, ya?"
Seketika, Minju kalang kabut untuk mencari alasan.
28 Maret 2019
Revised: 14 July 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
O1. Books (재민 , 민주)
Fanfic"Minju," "Apa?" "Gue suka sama seseorang di tempat bimbel gue. Tapi, gue ga berani nyampainnya, soalnya dia terlalu jauh buat gue gapai." "Gue ga tau harus kasih saran apa, Jaem. Mungkin, lo bisa kebantu kalau baca buku yang judulnya What Should I D...