Beberapa hari belakangan, Minju sedang kehilangan fokusnya. Tentu saja semua itu diakibatkan oleh kejadian di mana Jaemin nge-confess perasaannya ke Minju.
Berkali-kali gadis itu menggelengkan kepala, agar ia tidak mengingat kejadian itu. Namun, selalu gagal. Apalagi, beberapa kali Minju juga berpapasan dengan Jaemin saat sedang mendekorasi. Tentu saja Minju langsung menghindarーkarena tidak siap bertemu Jaemin.
Saat ini, panitia dekorasi tidak punya banyak kerjaan. Ya, karena pekerjaan mereka sudah selesai. Mereka tinggal menunggu anak desain ngeprint spanduk denah dan banner lainnya. Satu lagi, mereka tinggal mendekorasi panggung yang baru datang H-3 acara.
Karena itu, Minjupun memilih untuk mengaktifkan laptopnya. Update beberapa cerita dulu daripada gabut. Batinnya.
Setelah proses reboot selesai, Minju pun me-login akun Matchamoccio.
Meskipun cerita untuk Jaemin telah ia unpublish, bukan berarti kisah itu terhenti begitu saja. Minju tetap menambah setiap peristiwa yang ia lalui. Hari ini, gadis itu ingin menambah peristiwa tentang kejadian di pantai waktu itu.
"Ju," panggil Jeno, "tas Jaemin di mana, Ya? Kok gue cari dari tadi ga ketemu?"
Minju refleks melihat ke arah tumpukan tas panitia. "Kalau ga salah, Jaemin pakai tas hijau garis hitam gitu deh, Jen."
Jeno berjalan mengambil tas yang Minju maksud, kemudian membuka isinya. "Bener ini tas dia. Pantesan gue cari dari tadi ga ketemu. Ternyata dia ganti tas."
Minju terkekeh kecil mendengar monolog Jeno. "Emangnya untuk apa sih, Jen, tasnya Jaemin?"
"Ehー di.. dia tadi minta ambilin charger laptopnya." jawab Jeno, berharap gadis itu tidak curiga.
Minju hanya mengangguk-anggukkan kepala. Setelah itu, Si Gadis mulai sibuk dengan kegiatannya. Tentu saja, Jeno menggunakan kesempatan ini untuk kabur agar Minju tidak lagi bertanya macam-macam.
"Minju! Urgent Ju!!" Tak selang beberapa lama, Eric memasuki ruangan sekretariat sambil berteriak heboh.
"K-kenapa Ric?!" panik Minju.
"Lo temenin gue ke rumah dinas Walikota, ya ya ya ya?" ucap pemuda itu to the point.
"KOK GUE?!" sahut Minju kaget. "Lo salah orang Ric, nanti kalau Walikota nanya tentang acara, gue gatau mau jawab apa. Nanti proposal kita malah ga disetujui lagi."
"Udah gampang," tukasnya. "Perginya bareng gue, kok, Ju." Eric langsung meraih tangan Minju dan membawanya keluar dari ruangan.
"Bentar elah Eric! Gue matiin dulu laptop gue." Karena gadis itu tidak dapat menolak, akhirnya ia pasrah untuk ditarik Eric. Namun, ia tidak mau meninggalkan laptop miliknya dalam keadaan hidup.
"Ga ada waktu lagi, Ju! Ayo cepet nanti Walikotanya malah pergi ke jadwal berikutnya." balas Eric bersikeras dan tetap menarik tangan Minju.
"SABAR NAPA!"
"Eh- eh, Yuri! Tolong matiin laptop Minju, Ya! Simpenin juga." teriak Eric ketika melihat Yuri baru saja memasuki ruangan sekretariat.
Yuri tampak bingung karena ia baru memasuki ruang sekretariat. Namun, menyadari Eric dalam keadaan terdesak, gadis itu menganggukkan kepalanya.
Mau tidak mau, akhirnya Minju menyerahkan laptopnya pada Yuri, "Yur, log out in akun gue dulu sebelum matiin, ya!"
Yuri kembali mengangguk sambil menerima laptop tersebut dari Minju. Tak lama kemudian, Eric dan Minju telah menghilang dari ruang sekretariat.
Namun, ada satu hal yang tidak Minju sadari. Ketiga orang terakhir yang menghampirinya itu sedang melayangkan sebuah kode keberhasilan.
Dengan santainya, gadis berikat rambut Pucca itu mematikan laptop Minju, tanpa me-log out akun Wattpadnya.
6 Juni 2019
Aku boom update, selama ide masih lancar hehehe -a/n
Revised: 17 July 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
O1. Books (재민 , 민주)
Fanfiction"Minju," "Apa?" "Gue suka sama seseorang di tempat bimbel gue. Tapi, gue ga berani nyampainnya, soalnya dia terlalu jauh buat gue gapai." "Gue ga tau harus kasih saran apa, Jaem. Mungkin, lo bisa kebantu kalau baca buku yang judulnya What Should I D...