「44」That Day

1.6K 180 6
                                    

We have been together for a long time,
But...
I never expected this day will be happen for us

Setelah 4 bulan sibuk bolak balik antara kelas-sekretariat, 3 minggu penuh berada di sekretariat sampai-sampai ketinggalan pelajaran, dan 2 hari puncak yang ditunggu-tunggu, seluruh panitia akhirnya bisa bernapas dengan lega

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah 4 bulan sibuk bolak balik antara kelas-sekretariat, 3 minggu penuh berada di sekretariat sampai-sampai ketinggalan pelajaran, dan 2 hari puncak yang ditunggu-tunggu, seluruh panitia akhirnya bisa bernapas dengan lega.

Penutupan berjalan lancar, dan tinggal satu acara lagi untuk hari ini, yaitu briefing terakhir.

"Selamat malam, teman-teman semua." buka Eric.

Saat ini, seluruh panitia sudah berkumpul di ruangan sekretariat dengan duduk melingkar di ruangan. Karena setelah briefing, akan dilanjutkan dengan makan bersama....

... dan acara terselubung lainnya.

"Tidak banyak yang dapat saya sampaikan," tutur Eric dengan perasaan lega dan bangga. "Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada teman-teman semua, yang mau berkorban demi acara ini, yang mau tertinggal sedikit pelajaran, tanpa teman-teman, acara ini tidak akan sukses."

"TEPUK TANGAN DULU DONG!" Jeno tiba-tiba mengambil alih suasana, sehingga yang tadinya sedikit formal menjadi riuh.

"Jangan lupa, kita berhasil mengundang banyak peserta. Jika tahun lalu hanya dua ribu peserta, tahun ini kita mengundang sebanyak lima ribu peserta, TEPUK TANGAN UNTUK KERJA KERAS KITA SEMUA!" tutur Eric, sengaja mengucapkan tepuk tangan biar tidak dipotong Jeno lagi.

"Dan dengan ini pula, saya nyatakan bahwa... Panitia acara eksternal sekolah, periode 2018 dibubarkan karena telah selesai melaksanakan tugasnya!"

Tepuk tangan makin riuh, tapi ada satu orang yang ingin misuh. Jaemin, dari tadi ia tidak merasa nyaman. Soalnya perasaan pemuda itu tidak bisa diajak berkompromi. Jantungnya berdetak lebih cepat, bahkan ini dimulai saat pemuda itu kembali ke sekolah pada malam hari, berkedok baru saja membeli konsumsi untuk acara makan-makan terakhir.

"Jaem!" teriak Minju, ketika melihat kegelisahan sahabatnya itu.

Jaemin yang posisinya duduk di seberang lingkaran tidak mendengar teriakan itu.

"JAEMIN!" teriak Minju lagi, tapi pemuda itu tetap tidak mendengarkan. Akhirnya, mau tidak mau Minju menghampiri Jaemin yang duduk di seberangnya itu.

"Jaem,"

Melihat orang yang sedari tadi ia hindari telah berada di dekatnya, Jaemin terkesiap. Pemuda itu hampir roboh ke belakang. "Ada apa, Ju?"

"Lo ga kenapa-kenapa kan? Seharian ini menghilang, mana balik-balik pakai muka kusut, lagi." tanya Minju jadi gemas sendiri.

"Gue gapapa kok, Ju." jawab Jaemin sembari mencoba mengeluarkan senyuman khasnya.

"Lo kalo ada apa-apa, cerita sama gue. Jangan dipendam sendiri, entar jadi penyakit!" Minju mendelik, berpura-pura marah.

O1. Books (재민 , 민주)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang