"Lesu aja, Jaem."
Jaemin tetap bergeming meski mendapat teguran dari orang yang ia suka. Entahlah, seluruh energinya telah habis untuk hari ini (bahkan sejak pagi tadi, Jaemin sudah tidak berenergi). Pemuda itu memilih untuk tidak mengubah posisinyaーmenidurkan kepala di papan kursi lengan. Padahal, Kak Wendy sedang menerangkan materi Kimia di depan kelas.
"Dari tadi pagi, Jaemin udah kayak gini bawaannya, Oliv. Galau dia." celetuk Jeno, sedikit berbisik ke arah Olivia.
"Beneran?" balas Olivia dengan tatapan tidak percaya.
Jeno mengangguk mantap, "bahkan sahabat kecilnya aja, diacuhin. Terus ya, pas gue ngelihat dia lagi ngerjain desain id card, berulang kali dihapus gitu. Jelas banget otaknya lagi ga jalan hari ini."
Cerita dari Jeno langsung mendapat hadiah sepakan dari Jaemin. Beruntung, Jeno bisa menghindar. Namun, suara gaduh dari mereka berdua sempat memberhentikan proses belajar untuk beberapa saat.
"Sampai di sini dulu, ada pertanyaan?" ungkap Kak Wendy, memutuskan untuk mengakhiri materi pelajarannya.
Tidak ada yang bersuara.
"Kalau begitu, kalian coba isi prosetnya. Kakak izin sebentar ya, ada keperluan mendadak." umum Beliau. Beberapa detik setelahnya Kak Wendy pun berjalan meninggalkan ruangan.
Hanya butuh beberapa detik, kelas yang ditempati Jaemin langsung bertukar seperti berada di dalam mall. Ya, keributan telah terjadi.
"Via," panggil Jaemin.
Gadis itu menoleh sebentar. Tangannya masih fokus merogoh tas untuk mencari buku prosetnya.
"Gue mau nanya, boleh ga?" sambung pemuda itu setelahnya.
"Tanya aja lagi, Jaem." balas Olivia sembari tersenyum.
"Misalnya nih, misal ya.. Lo lagi suka sama A, tapi, Lo ngerasa ada sesuatu yang aneh sama temen Lo yang si Bーsi B ini, temen Lo yang cowok, gitu. Nah, akhir-akhir ini, si B kayak menjauh dari Lo dan rasanya jadi ada yang hilang gitu..." ucap Jaemin menerangkan, "menurut Lo itu gimana?"
Olivia tampak berpikir, "ini pasti cerita Lo, kan?"
Pemuda itu hanya terkekeh kecil. Padahal, ia sudah bersusah payah untuk menganalogikan peristiwa ini dengan sudut pandang Olivia.
"Gini Jaem," Olivia memutar badannya, menghadap ke pemuda itu. Mengabaikan latihan Kimia yang menunggu untuk sesaat, "karena ini masalah Lo, gue akan kembalikan analoginya pakai sudut pandang Lo. Gue ga tau ya.. Lo suka sama si A ini karena apa. Tapー"
"Anggap aja gue suka sama si A dari hari pertama ketemu dia." potong Jaemin cepat.
Olivia membulatkan mataーterkejut.
Dan sekarang, Jaemin jadi menyesal sendiri. Pemuda itu mulai takut jika gadis itu tahu si A yang ia maksud adalah dirinya.
"Oke gue paham duduk masalahnya." tutur Olivia kemudian, membuat Jaemin sedikit bernapas lega. "Kayaknya, emosional Lo lagi diajak jalan-jalan gitu, Jaem."
Jaemin mengernyitkan dahi, tidak mengerti arah pembicaraan gadis itu, "maksudnya, Via?"
"Begini... gue ngerasa, sebenarnya Lo mulai nge-notice si B itu lebih dari sekedar teman. Tapi, Lo nya aja yang ga sadar. Nah, di saat kondisi emosional Lo lagi goyah begitu, tiba-tiba si A datang. Tanpa sadar, Lo malah mencurahkan rasa suka Lo sama si A, karena Lo bisa dengan leluasa gitu loh.. ngelakuinnya. Sementara kalo sama Si B, Lo kayak terhalang sama status sebelumnya. Entah itu temen Lo, atau rekan kerja Lo, atau yang lainnya. Lo ngerti ga, Jaem?"
KAMU SEDANG MEMBACA
O1. Books (재민 , 민주)
Fiksi Penggemar"Minju," "Apa?" "Gue suka sama seseorang di tempat bimbel gue. Tapi, gue ga berani nyampainnya, soalnya dia terlalu jauh buat gue gapai." "Gue ga tau harus kasih saran apa, Jaem. Mungkin, lo bisa kebantu kalau baca buku yang judulnya What Should I D...