「24」at Course

1.3K 235 13
                                    

"Jaem."

Bagai petir di siang bolong, Jaemin terkejut mendengar sapaan itu. Memang, sapaan itu berasal dari teman karibnya. Hanya saja, intonasi yang digunakan oleh Jeno sangat berbeda. Intonasi serius yang jarang digunakan Jeno saat mengobrol dengan Jaemin di tempat bimbel.

"Ada apa, Jen?"

"Gue mau ngasih tahu sesuatu ke Lo."

Jaemin mulai merasakan ada sesuatu yang aneh. "Apaan?"

"Minju suka sama Lo," balas Jeno yakin.

Tuh, kan! Firasat Jaemin tidak pernah meleset. "Ngaco Lo, Jeno."

"Gue serius, Jaemin." seru Jeno frustasi, "jangankan sekelas, seangkatan aja udah tau kalau Minju mulai menganggap Lo lebih dari sahabat kecil."

"Udahlah, Jen. Jangan tambah ngaco, deh! Masa sahabat kecil gue, bisa suka sama gue yang petakilannya dari a-z udah ketahuan begini?"

Jeno yang sedari tadi sudah duduk di samping Jaemin itu mulai menggeser bangkunya. Saatnya pembicaraan ini dibahas lebih serius lagi. "Gini ya," buka pemuda itu. "Berapa kali Lo ngegombalin Minju dalam sehari?"

"Ya mana mungkin gue hitung, Jen."

"Oke gue ganti pertanyaannya. Setelah Lo ngegombalin Minju, Lo ngelihat dia salah tingkah, ga?"

"Setiap cewe bakal sama 'kan reaksinya setelah digombalin? Jadi gue nganggep kalau reaksi Minju itu normal." balas Jaemin seperti menjawab esai bahasa Indonesia.

Jeno mulai menghembuskan napas beratnya. "Lo pernah ga, melakukan hal kecil ke Minjuーkayak ngerangkul atau ngacakin rambutnya, trus pipi dia merah atau tiba-tiba dia senyum kecil gitu?"

"Ya sering, lah! Itu kan memang reaksinya Minju setiap gue memperlakukan dia seperti adik perempuan gue sendiri."

Setelah mendengar jawaban Jaemin, kali ini Jeno tidak tahan lagi untuk tidak menjitak kepala pemuda itu. "Ternyata memang Lo-nya yang ga peka-peka! Minju udah jelas-jelas bereaksi seperti itu cuma sama Lo doang!"

Jaemin yang kaget dijitak Jeno, tidak terlalu memperhatikan perkataannya. Yang ia prioritaskan adalah bagaimana cara membalas dendam. "Lo tuh ya, kalo ngomong ga perlu pakai jitakー"

"Permisi, Mas berdua. Saya mau duduk dulu boleh, ga? Di-pending sebentaaar aja, konsultasi cintanya."

Kedua pemuda itu refleks memberikan jalan yang lebih lebar kepada Olivia. Keduanya kikuk terdiam, dengan alasan masing-masing.

"Sumpah ya, Jaem." ungkap Olivia, ketika gadis itu telah mengisi bangku tepat di belakang Jaemin. "Gue ga nyangka banget, Lo ngegantungin anak orang sampai segitunya."

"Bu-bukan gitu, Viaa!" sangkal Jaemin dengan cepat, berharap agar gadis ini tidak salah paham dengan kisah yang baru saja diceritakan Jeno.

"Bener banget, Olivia! Habisnya tingkat kepekaan Jaemin itu jelek banget!" celetuk Jeno, tentu saja langsung dihadiahi tendangan maut Jaemin.

Tindakan mereka berdua mengundang gelak tawa Sang Gadis. Samar-samar, Jaemin jadi tersenyum kecil melihat kecerian Olivia.

"Kok Lo bisa ga notis gitu sih, Jaem?"

"Maklum, Olivia, yang suka ini tuh sahabat kecilnya Jaemin gitu. Makanya, tingkat kepekaan Jaemin itu jadi tumpul." Bukan Jaemin yang menjawab, Jeno dengan senang hati mewakilkannya.

Tentu saja, sekali lagi dihadiahi pijakan oleh Jaemin.

"Sahabat kecil? Kok mirip Wattpad yang baru-baru ini gue baca, ya?" celetuk Olivia. Membuat kedua atensi pemuda itu tertarik.

"Judul Wattpadnya apaan, Liv?" tanggap Jeno. Pemuda ini tentunya sedang menduga-duga, judul apa yang akan disebutkan oleh gadis itu.

"Judulnya Him, nama akun penulisnya matchamoccio."

Jaemin langsung terdiam.



























sebab, dia  tahu akun penulis itu.

sebab, dia  tahu akun penulis itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


28 April 2019

Tamatin atau perpanjang? -a/n

Revised: 15 July 2020

O1. Books (재민 , 민주)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang