Selamat membaca!^^
**___________________________**
"Ah!"
Lelaki berambut pirang itu berseru seraya menunjukku begitu pandangan kami bertemu. Kebetulan sekali kami keluar dari pagar rumah masing-masing di waktu yang sama. Setelah melihatnya, aku jadi teringat kejadian beberapa hari yang lalu saat dahiku terantuk pagar rumahnya.
"Ahh!"
Lagi-lagi ia berseru ketika menyadari bahwa kami memakai seragam yang sama. Sebenarnya yang terkejut bukan hanya dia, tetapi aku juga.
"Ahhh!"
Kali ini ia berseru sambil menunjuk bagian bawah tubuhku. Aku tidak yakin dia menunjuk ke arah mana, mungkin ke arah rok? Aku mengerjap bingung melihat ia yang tak kunjung menurunkan jari telunjuknya seolah masih membutuhkan waktu untuk meredakan rasa terkejut.
"Ha-halo, selamat pagi." sapaku untuk memecahkan keheningan.
"Ah, ya, selamat pagi." Ia segera menurunkan jarinya yang sedari tadi menunjukku dan berdeham. "Jadi kau orang yang mengisi rumah yang sudah lama kosong itu, ya?
"Ya ... begitulah," jawabku sekenanya. Siapa sangka bocah tidak tahu sopan santun itu rupanya pergi ke akademi yang sama denganku.
"Rupanya kamu murid baru di Akademi Virtute, ya? Menyebalkan sekali, sekarang aku bahkan harus berpura-pura di lingkungan rumah karena ada orang yang mengenalku di sini." Ia memutar matanya yang sewarna dengan langit seraya berjalan mendekat.
Aku menaikkan sebelah alis, mulai kesal dengan sikapnya yang tidak ramah. Memangnya sulit ya untuk bersikap sopan kepada orang yang baru ditemui? Dia menyebalkan sekali, aku yakin murid-murid di akademi pasti tidak menyukai sifat arogannya itu.
"Namaku Chris, Christopher Ray. Mulai hari ini kita menjadi tetangga sekaligus teman satu angkatan." ucapnya sambil mengulurkan tangan untuk berjabat. "Lebih baik kau tidak membicarakan hal-hal buruk mengenai diriku pada orang-orang di akademi nanti. Lagipula, tidak akan ada yang percaya padamu."
Nama dan perawakannya tidak seperti orang jepang, aku menduga bahwa dia berasal dari luar negeri atau mungkin blasteran, tapi, apa-apaan sikapnya itu?
Aku menerima jabatan tangannya dengan enggan, "Namaku Yukimoto Arami. Ngomong-ngomong, darimana kau tahu kalau kita satu angkatan?"
"Dari warna rokmu yang sama seperti warna celanaku. Warna merah gelap menandakan bahwa kita murid tingkat tiga di Junior." ucapnya sambil melepas jabatan tangan kami secepatnya.
Sekarang aku paham bahwa tadi ia menunjuk ke arah rokku. Mungkin ini kebetulan yang luar biasa. Selain satu Akademi, rupanya kami juga satu angkatan. Itu berarti kami seumuran.
Setelah hening beberapa detik, ia kemudian melirikku dari atas hingga ke bawah, "Ya sudah, jangan beritahu siapapun kalau kita bertetangga dan jangan membicarakan hal buruk tentangku di akademi. Aku akan mengawasimu dari dekat."
"Memangnya kenapa?" tanyaku dengan refleks. Tunggu dulu, lagipula untuk apa aku memberitahu hal itu pada orang lain?
Dia tidak menjawab pertanyaanku dan melengos pergi. Uhh, benar-benar menyebalkan! Orang sepertinya pasti pembully di akademi!
KAMU SEDANG MEMBACA
Wozry : The Green Fire Harph ✔ [REVISI]
Fantasía|Fantasy & minor-Romance| # 1 - FantasyAdventure (5 Feb 2022) # 1 - MagicSchool (18 Nov 2019) # 4 - fantasy-romance (4 Okt 2019) # 6 - Minorromance (9 Okt 2019) Arami tidak ingin percaya pada surat yang ada ditangannya. Tetapi setelah membaca sur...