Tanah berguncang ketika Genha mulai membuka terowongan menuju pusaran angin dan api di permukaan, tanah berderak seolah merasakan ketegangan yang sama dengan orang-orang di dalamnya. Sementara itu, Harph-Harph Air yang tersisa mengelilingiku, siap membuat tameng untuk menghalau panas mematikan yang akan menyerang begitu kami mendekati medan pertempuran.
"Arami," Kayano memegang tanganku erat, "kau harus fokus. Aku tahu ini bukan hal yang mudah, tapi aku percaya padamu."
Aku mengangguk mantap, rasa takut berganti tekad di dadaku. Aku menatap ke depan, merasa beban berat di pundak ini adalah tanggung jawab yang hanya bisa kujalani. Demi mereka semua.
"Terowongan terbuka... sekarang!" suara lantang Genha menggema di ruangan.
Tanah di atas kami mendadak bergetar dan merekah. Genha melepaskan kendali harph tanahnya, dan gelombang panas menyeruak dari luar. Seketika, Harph Air di sekelilingku mengeluarkan tameng-tameng air dingin untuk menyelimuti tubuh kami, mendinginkan suhu yang memanas dan menghalau api yang berkobar di sekitar.
Aku bergerak maju, dikelilingi pelindung air yang berkilauan dalam uap panas. Kayano dan beberapa Harph lain terus memperkuat tameng mereka untuk menahan panas yang kian memuncak. Di atas kami, api berwarna hijau dan angin kuat Chris berputar dalam harmoni kehancuran yang mengerikan. Dari dalam badai itu, aku samar-samar bisa melihat Chris dan Hinokure yang berdiri di dua sisi berlawanan, terus mengeluarkan harph dari tubuh mereka.
Sebuah ledakan keras memekakkan telinga, mendorongku hingga nyaris terjatuh. Kayano berhasil menahanku, menarikku ke belakang sedikit, sementara air tameng di sekeliling kami mulai berkurang, perlahan menguap oleh panas luar biasa.
"Kita tidak boleh mendekat lagi! Apinya terlalu panas, jika mendekat lebih dari ini, semua orang akan terbakar!" teriak Furiya Hinokure, tampak berada di kejauhan, berusaha menopang api agar tidak membesar. Matanya memancarkan kepedihan, melihat ke arah keponakannya yang sudah kehilangan kendali. Dengan berat hati, ia memberikan perintah berikutnya, "Kita akan mengganti target!"
Kami semua mengangguk, memutar haluan ke arah Chris. Angin yang dikeluarkan olehnya mendorong kami menjauh sehingga lebih sulit didekati. Walaupun begitu, menerobos angin jauh lebih mudah dibanding api. Strategi berganti, para Harph Tanah yang tersisa meju ke depan, membentuk tameng dari tanah sehingga mempermudah pergerakan kami dalam berjalan mendekati Chris.
Saat jarak kami hanya beberapa langkah, aku menggerakkan tangan kananku dengan cepat, mengarahkan kabut air ke tubuh Chris. Kabut itu segera melingkupinya, membungkus tubuhnya dalam lapisan air yang mengalir.
Dan saat itulah, aku memejamkan mata dan mulai masuk ke dalam kesadarannya.
Aku terjebak dalam kegelapan. Hanya ada kesunyian yang memekakkan telinga. Tubuhku melayang di ruang kosong, tanpa arah, tanpa penopang. Namun, aku tidak bisa berhenti. Aku harus menemukannya.
"Chris!" teriakku, meskipun suaraku seakan teredam oleh kehampaan ini. "Dimana kau? Jawab aku!"
Tiba-tiba, suara samar terdengar. Lirih, seperti bisikan di tengah badai.
"Arami..."
Aku menoleh ke segala arah, mencari sumber suara itu.
"Chris? Kau disana?"
"Arami..." Suara itu terdengar lebih jelas, dan aku bisa merasakan keberadaannya semakin dekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wozry : The Green Fire Harph ✔ [REVISI]
Fantasy|Fantasy & minor-Romance| # 1 - FantasyAdventure (5 Feb 2022) # 1 - MagicSchool (18 Nov 2019) # 4 - fantasy-romance (4 Okt 2019) # 6 - Minorromance (9 Okt 2019) Arami tidak ingin percaya pada surat yang ada ditangannya. Tetapi setelah membaca sur...