Selamat membaca!^^
**_________________________**
"Kayano, tunggu aku. Jalannya jangan terlalu cepat."
Saat ini aku dan Kayano sedang membawa barang-barang miliki murid tingkat Senior yang tertinggal di gedung Junior. Kami berpapasan dengan seorang guru dan beliau meminta tolong pada kami untuk melakukannya. Kayano mendapat satu kardus sedangkan diriku membawa dua.
"Ayo cepat, Arami. Aku ingin segera kembali ke gedung Timur." sahut Kayano sambil menoleh padaku yang berjalan di belakangnya.
Aku menghela napas. Tumpukan kardus ini berat sekali, kenapa Sensei tidak menyuruh murid laki-laki saja?
Kami melewati koridor antar gedung dan otomatis menjadi pusat perhatian. Satu hal yang kusyukuri adalah kardus sialan yang menghalangi pandanganku ini justru menjadi tameng sehingga wajahku tidak terlihat oleh orang-orang yang memerhatikan kami.
Ketika kami mulai memasuki gedung Barat, suasana bising di sekitar semakin bertambah.
"Wah, ada murid Junior."
"Hei, bukannya yang jalan di depan itu lumayan cantik?"
"Mereka terlihat kesulitan, apalagi yang di belakang, haha."
Uh, aku tidak senang menjadi pusat perhatian seperti ini. Mau tak mau aku berusaha untuk mempercepat langkah supaya urusan ini cepat selesai.
Selama berjalan ke lantai dua, kami terus mendengar bisikan-bisikan murid Senior yang mengamati kami. Tak jarang aku mendengar celetukan yang menggoda Kayano karena wajahnya cantik, tetapi gadis itu berpura-pura tidak mendengarnya dan memasang wajah datar.
"Hei, kau baik-baik saja?" bisikku ketika kami berjalan sejajar.
Dia tersenyum masam. "Yah ... aku sudah terbiasa. Asal kau tahu, aku sengaja membuatmu membawa dua kardus supaya mereka tidak bisa melihat wajahmu. Jadi kau tidak perlu menerima ucapan tidak sopan seperti yang mereka tujukan padaku."
Kini aku bingung mau berterima kasih atau mengeluh. Aku memang sedikit tenang karena kardus yang menghalangi pandanganku ini membuat wajahku tak terlihat. Masalahnya, dua kardus itu terlalu berat untuk dibawa sendiri.
"Untuk sekarang aku akan berterima kasih, namun saat kembali nanti, aku—!"
BRUKK!
Kardus yang kubawa seketika jatuh ke lantai karena aku refleks memegang bagian belakang rok setelah merasakan hembusan angin yang lumayan kencang.
Seketika suara tawa cekikikan terdengar dari belakang kami. Tidak hanya itu, suara kardus yang jatuh rupanya sangat memancing perhatian. Bahkan ada beberapa orang yang mengintip dari jendela kelas untuk melihat apa yang terjadi.
"Wah, hahaha, dia terkejut, tuh."
"Anginmu kurang cepat, tangannya lebih dulu menahan rok sebelum anginmu menyingkapnya, haha."
"Sayang sekali, padahal aku hampir melihatnya."
Mendengar celotehan mereka membuat pipiku seketika memanas karena menahan malu.
Rupanya angin yang kurasakan tadi berasal dari salah satu murid Senior yang sengaja menggunakan harph anginnya untuk menyingkap rok seragamku. Namun, upayanya gagal karena aku segera melepas kardus yang kubawa demi menahan rokku agar tidak tersingkap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wozry : The Green Fire Harph ✔ [REVISI]
Fantasy|Fantasy & minor-Romance| # 1 - FantasyAdventure (5 Feb 2022) # 1 - MagicSchool (18 Nov 2019) # 4 - fantasy-romance (4 Okt 2019) # 6 - Minorromance (9 Okt 2019) Arami tidak ingin percaya pada surat yang ada ditangannya. Tetapi setelah membaca sur...