Ch.31"I Know Who You Are"

266 24 3
                                    

Selamat membaca!^^

**_____________________________**

"A-ah, ada sesuatu yang harus kuurus dikelas."

Ucapku sambil membereskan kotak bekal dengan terburu-buru lalu berdiri setelahnya, membuat Hazzel yang sedang bersandar di pundakku mau tak mau mengangkat kepalanya dengan tiba-tiba supaya tidak terjatuh.

Aku segera berjalan menjauhinya tanpa menoleh sedikitpun. Jantungku berdegup keras, namun kali ini bukan karena kehadirannya, melainkan karena apa yang baru saja diucapkan olehnya.

Itu ... tidak mungkin, kan?

Lagipula jika apa yang diucapkannya itu benar, bagaimana bisa dia tahu?

"Tunggu!"

Aku dapat merasakan tangan kiriku ditahan olehnya. Aku tahu melarikan diri memang sia-sia, rasanya aku hanya tidak dapat menerima apa yang baru saja diucapkan olehnya.

Langkahku terhenti begitu tangannya menahanku. Namun aku tidak berbalik menghadapnya, aku benar-benar tidak tahu bagaimana harus merespon ucapannya saat ini.

"Kenapa?" genggamannya di tangan kiriku terasa semakin erat, "Kenapa kau menyembunyikan semuanya?"

Aku hanya diam menunduk, tidak berani menatap wajahnya.

"Kenapa kau menanggung semua beban itu sendirian?" kini suara lelaki itu terdengar parau, membuat hatiku sedikit teriris mendengarnya.

Dia menarik tanganku tiba-tiba. Membuatku terhuyung ke arahnya dan menabrak dadanya tanpa sempat kutahan. Tangan kirinya melesak diantar helai rambutku dan tangan kanannya mendekap tubuhku erat. Perbuatannya itu sukses membuat mataku terbuka lebar.

Aku mematung dipelukannya. Semua ini terlalu tiba-tiba.

"Syukurlah kau baik-baik saja." pelukannya semakin terasa erat, begitupula dengan tangan kirinya yang mendorong kepalaku untuk bersandar di dadanya.

Astaga, astaga, astaga.

Rasanya otakku sudah tidak lagi mampu mencerna apa yang sedang terjadi saat ini.

Pipiku memanas tanpa izin dan jantungku berdetak dengan liarnya. Ditengah-tengah kekalutanku tersebut, samar-samar aku mendengar suara isakan.

"Hazzel, kau-" aku berusaha mendongak untuk melihat wajahnya, namun ia segera menahan kepalaku untuk tetap bersandar di dadanya sebelum aku sempat melakukan itu.

Dia ... menangis?

"Maaf, maafkan aku." ia membenamkan kepalanya di pundakku.

Walaupun ia menahan isakannya sebisa mungkin, namun aku tetap dapat merasakan tubuhnya bergetar. Tangan kirinya yang terus mendekap kepalaku pun terasa bergetar hebat.

"Maaf ... aku bahkan hampir..." suaranya terdengar semakin pilu, ia menarik napas dengan susah payah, "...membunuhmu."

Nafasku tercekat begitu mendengarnya. Dia ... benar-benar mengingatnya, ya?

Suara isakan kembali terdengar. Aku yang tanpa sadar sudah menahan napas entah dari kapan akhirnya menghirup udara sebanyak mungkin. Namun sebanyak apapun udara yang kuhirup, dadaku tetap terasa sesak.

Wozry : The Green Fire Harph ✔ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang