Ch.4"By Your Side"

563 61 1
                                    

Selamat membaca!^^

**__________________________**

"Dari yang kuperhatikan, peralatan yang ada di rumah ini hanya tersedia untuk satu orang ... apa kau tinggal sendiri?"

Aku mengangguk secara perlahan. "Iya, benar." jawabku singkat.

"Hee, begitu, ya. Lalu bagaimana dengan orang tuamu?"

Trang.

Sendok yang kupegang terlepas dan menggelinding sampai terjatuh ke kolong meja. Aku segera menunduk untuk mengambil sendok tersebut dan meletakkannya di samping mangkuk sambil berdeham.

Apa yang harus kukatakan untuk menjawab pertanyaannya yang satu itu? Aku tidak ingin berbohong, tetapi aku masih merasa tidak yakin jika harus memberitahu hal itu pada orang lain.

"Em ... Arami?" panggilnya pelan dengan raut merasa bersalah. "Kalau kau keberatan, kau tidak perlu menjawabnya."

"Itu ...," Apa sebaiknya kuberitahu saja? Lagipula kami bertetangga, akan sulit kedepannya jika ia tidak mengetahui keadaanku yang sebenarnya. "Orang tuaku ... sudah tiada."

"A-ah, maaf, seharusnya aku tidak membahas hal itu." sahutnya seraya menyimpan sendok yang sedang dipegang olehnya. "Lain kali aku akan berhati-hati sebelum bertanya. Sekali lagi, maaf."

"Tidak, tidak apa-apa. Lagipula aku baik-baik saja."

Yah ... setidaknya itu yang kuharapkan.

Chris terdiam, terlihat sedikit ragu untuk berbicara. Setelah jeda beberapa detik, barulah ia membuka mulutnya. "Kalau kau butuh teman untuk bercerita, aku akan mendengarkanmu."

Aku mengangkat pandanganku dari meja ke arahnya. Dia sedang bersimpati, ya? Walaupun aku tidak menyukainya, sejujurnya tawaran itu membuatku goyah. Lagipula aku tidak yakin bisa menanggung semua ini sendirian dalam waktu yang lama.

"Apa kau yakin? Mungkin ceritaku akan membebanimu."

Dia terlihat terkejut dengan ucapanku, namun tidak berlangsung lama. "Itu lebih baik daripada kau yang menanggung seluruh beban itu sendirian, kan?" ucapnya sambil menaikkan sebelah alis.

Ah, dia juga punya sisi seperti ini rupanya. Kukira dia hanya bocah sombong bermuka dua yang menyebalkan.

Kami memutuskan untuk menghabiskan makanan terlebih dahulu sebelum mendengar ceritaku. Setelah suapan terakhir habis, aku menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri. Baiklah, aku akan berusaha untuk menceritakannya sesingkat mungkin.

"Sebenarnya aku tidak mengenal orang tuaku. Aku tidak tahu bagaimana rupanya, bagaimana sifatnya, bagaimana perangainya, yang kutahu tentang mereka hanyalah fakta bahwa mereka sudah tiada." Aku menunduk menatap jemariku yang saling bertaut di atas lutut.

Entah mengapa rasanya aku tidak berani untuk menatap Chris saat ini. Setelah jeda yang cukup panjang, aku kembali melanjutkan ucapanku.

"Sekitar sebulan yang lalu, aku menjadi korban dari penyerangan Harph Api Hijau. Aku terbangun di rumah sakit dalam kondisi tidak dapat mengingat apapun sebelum kejadian itu. Maksudku, aku masih mengingat beberapa hal, tetapi ingatan mengenai kehidupanku sebelum berada di rumah sakit seolah menghilang begitu saja.

"Aku bisa pulang ke rumah ini berkat surat yang ditinggalkan oleh ibuku. Ah, mungkin kurang tepat jika disebut pulang karena sebelumnya aku belum pernah datang kemari." ucapku seraya meremas rok yang kugunakan kuat-kuat. Setelah ini, apalagi yang harus kujelaskan?

Karena tak kunjung mendapat respon, akhirnya aku mengangkat kepala untuk melihat Chris yang duduk di hadapanku. Rupanya ia sedang menatapku dengan pandangan yang sering kuterima sejak terbangun di rumah sakit.

Wozry : The Green Fire Harph ✔ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang