Lana berjalan di koridor sekolahnya. Dia sudah terbiasa diperhatikan sedemikian rupa oleh orang-orang disekelilingnya. Terutama laki-laki. Lana akan memasang wajah galak dan judesnya untuk menghindari tatapan kagum berlebihan. Walaupun Lana tidak tahu bahwa semakin ia berusaha berwajah judes justru semakin banyak laki-laki yang mengidolakannya.
"Sayang." Rama merangkul bahu Lana.
"Apa sih pegang-pegang." Lana menampik dengan keras.
"Jangan ngambek dong. Cabut yuk, lagi males nih."
"Nggak mau."
"Kenapa siy lo Lan, kok jadi ga asik lagi. Kan udah dibeliin mobil baru sama si Om." Rama melirik penuh arti.
"Jaga mulut lo ya, gue gampar nih." Lana berjalan makin cepat. Rama adalah salah satu mantan pacarnya yang ia ingin hindari.
"Hai darling." Anggi tersenyum menyambut Lana di bangku kantin. "Eh brengsek, gue siram bakso lo deket-deket Lana lagi." Anggi mendelik galak ke arah Rama.
Rama hanya tertawa. "Sayang, aku tunggu pulang sekolah ya." Lalu mengirimkan kecupan jarak jauh sambil berlalu yang disambut dengan tatapan galak Lana.
"Lan, lo ga apa-apa kan?" Anggi menatap khawatir.
"Nggak lah. Rama doang kok Gi". Lana tersenyum. Anggi adalah salah satu sahabatnya yang paling setia, benar-benar ada dalam masa-masa terburuk Lana. "Manda mana?"
"Amanda kok tepat waktu, ntar dia mah pas udah 5 menit sebelum bel baru nongol." Anggi menyahut yang disambut dengan cengiran Lana.
"Pulang jalan yuk. Bokap mau ultah nih, gue mau cariin dia kado."
"Duileee yang sayang banget sama bokapnya. Gue pikir mau cari kado buat si abang Awang...yang ada di awang-awang."
"Apaa siiih Nggiii." Lana menuntupi wajahnya malu. "Dia itu lagi sibuk mau ada acara BEM di kampusnya."
"Eh kan elo udah ada mobil sekarang, kita ke kampusnya Awang yuk. Bosen gue sama anak SMA yang tampangnya culun-culun gini." Anggi mengibaskan rambutnya yang panjang.
"Culun? Bahasa lo nggak banget sih Nggi."
"Hey Lana, look around. They are soo yesterday deh. Apalagi kita sebentar lagi kuliah. Huh, aku tidak sudi sama mereka lagi." Anggi memasang wajah jijik yang dibuat-buat.
"Jangan gituuu dooong Nggii. Terus Boy yayang gue mau dikemanain." Manda tiba-tiba nimbrung.
"Yah Mas Boy pengecualian deh. Khusus buat elo Honey." Anggi mengedipkan mata pada Manda yang sudah duduk disebelah Lana. "Tapi beneran deh Lan, jiwa raga ini butuh hiburan. Yuk marii kita ke kampusnya abang Awang. Nanti gue keluarin jurus maju mundur syantiiik biar semua jejaka disana terpana."
Lana tertawa sampai hampir tersedak mendengar Anggi sahabatnya yang cantik namun centil itu berkata. Lelana, Anggita dan Amanda adalah senior terpopuler. Lana dan Anggi terkenal cantik dan galak. Amanda adalah yang paling pintar diantara ketiganya. Jika ada yang ingin lulus dengan damai, jangan berani macam-macam dengan mereka.
***
"Happy Birthday Daddy." Lana masuk ke ruangan kerja Suharyo sore itu. Ia tidak mengindahkan Arka dan Sony yang sedang berbincang dengan Suharyo mendiskusikan kontrak kerja. Cake ditangannya diletakkan di meja kerja sementara Lana dengan santainya mencium sayang pipi Suharyo.
"Wah wah, Alhamdulillah masih ada yang ingat dengan ulang tahun Ayah." Suharyo tersenyum sambil melirik Arka.
Hampir seluruh penduduk kantor tahu dengan kisah Lana. Jadi mereka juga sudah menganggap Lana adalah anak dari Suharyo Adi Wijaya. Selentingan saja berita tercela tentang Lana sampai terdengar ke telinga bos besar, maka orang yang menyebarkan tidak akan bisa mendapatkan pekerjaan di perusahaan konstruksi manapun di negri ini. Ya, Suharyo memang sangat berkuasa di bidang yang sudah bertahun-tahun digelutinya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Stepsister [Completed]
RomanceLelana Gunadi Gadis 18 tahun. Anak dari Sinta Gunadi, artis kawakan yang meninggal dunia karena kanker. Kecantikannya membuat siapapun berpaling, namun ketika dia mulai berbicara tidak ada satupun laki-laki yang sanggup menanggapi mulut pedasnya. Le...