Part 22

10.6K 859 3
                                    

Hari Minggu itu dihabiskan oleh mereka dengan berjalan-jalan di mall, lunch di restoran favorit Arka dan kembali ke apartemen Arka untuk menonton film horor kesukaan Lana.

"Udah berapa lama sih kamu ga pacaran Ka?" Mereka sudah berada di mobil Arka kembali menuju rumah.

"Kenapa emang?"

"Kamu kikuk, kayak bingung atau ga nyaman. Mangkanya tadi aku putusin kita balik aja ke apartemen kamu. Nanti tambah bingung lagi kalau aku ajak nonton di bioskop."

"Kata siapa?"

"Nih lihat nih foto kamu, lucu banget mukanya. Ini foto box Arka, bukan foto KTP." Arka melihat sekilas foto langsung cetak di tangan Lana. Arka dengan wajah tanpa ekspresi sementara Lana disebelahnya merangkul dan mencium pipinya sambil tertawa.

"Aku butuh penyesuaian. Selain karena emang udah lama ga pacaran, pengalamanku juga nol soal kesukaan anak SMA kayak kamu."

"Aku udah kuliah ya tahun ini...please deh. Why age is really matter?"

"I don't say that it's a matter. Aku cuma butuh penyesuaian Lan. Please understand."

"Okey, understand. Jadi kamu terakhir pacaran kapan emangnya?"

"Aku ga mau bahas itu Lan. Sekarang yang penting aku sama kamu kan. Bukan sama yang lain."

Sebenarnya Lana sangat penasaran apakah ada wanita lain selain Amelia di kepala Arka. Tapi Lana memiliki kecenderungan untuk berfikir sederhana dan tidak mau menghabiskan waktunya untuk memikirkan masa lalu Arka. Toh juga Arka bisa menerima Lana dengan seluruh masa lalunya, jadi kenapa harus meributkan masa lalu Arka. Akhirnya Lana memutuskan untuk tidak membahas lebih lanjut.

Sementara Arka pada dasarnya memang seseorang yang introvert. Dia banyak menyimpan sakit hati dan lukanya sendiri. Arka membenci topik pembicaraan yang berkaitan dengan apa yang terjadi pada dirinya tempo dulu. Karena Amelia dan mamanya sudah mengikis semua rasa percayanya pada wanita. Sekalipun Arka tahu Lana mungkin berbeda, tapi terkadang emosinya gampang tersulut jika ia sedang cemburu dan curiga pada Lana.

"Erlangga ga telpon lagi?"

"Udah tadi pas kamu di toilet. Aku re-schedule jadwal sama dia jadi besok."

"Re-schedule?" Arka menoleh ke Lana kesal.

"Jangan marah dulu. Elang itu keras kepala banget. Dia pernah nungguin aku di depan rumah setengah hari biar aku mau keluar dan lunch sama dia. Tapi ketika lunch ya dia biasa aja. Ga yang aneh-aneh kok. Cuma lunch aja."

Arka mencoba mengusir emosinya.

"Elang akan begitu terus sampai aku bilang iya Ka. Besok biar aku bilang kalau kita ada hubungan. jadi dia ga deketin aku lagi. Okey?"

"Ga bisa main bilang begitu aja Lan. Gimana kalau dia nanya ke Ayah soal kita?"

Lana diam. "Jadi aku mesti gimana?"

Arka menghela nafas berat. "It's okey, nanti aku yang ngomong sama Angga. You just go lunch with him tomorrow. Jangan biarin dia aneh-aneh sama kamu ya Lan. Aku serius."

"Iya Bapak Arkandra."

Mobil Arka sudah tiba di gerbang rumah. Sudah pukul 5 sore. Parjo membukakan gerbang sambil menghampiri mobil majikannya yang sudah membuka kaca jendela.

"Sore Mas, Non."

"Ayah dirumah Jo?"

"Keluar tadi siang Mas, belum balik lagi. Tapi itu, Non Lana ada tamu."

The Stepsister [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang