Part 30

9.8K 728 5
                                    

Siang itu di kantor, Suharyo duduk di ruangannya gelisah. Lana belum ditemukan. Arka tidak masuk kantor karena mencari Lana. Semua teman Lana sudah dihubungi oleh Dewi, tapi mereka tidak tahu apa-apa. Semua ponsel, dompet dan baju Lana masih ada dirumah. Lana benar-benar keluar tidak membawa apapun.

Suharyo sudah menghubungi Inggrid dan Dokter Pram. Ia belum bisa melaporkan ke polisi jika Lana belum menghilang lebih dari 24 jam. Setelah setahun lamanya bisa tertidur pulas, semalam Suharyo dihantui rasa bersalah dan kecemasan yang luar biasa. Lelana tidak punya kerabat siapapun. Ia hanya tahu Inggrid dan Dokter Pram. Kerabat ayah Lana berada di luar Jakarta dan tidak pernah menghubungi Lana. Jadi pikiran tentang Lana berada sendirian di luar sungguh membuat Suharyo menderita.

"Mas, janganlah terlalu keras dengan Arka dan Lana. Wajar to mereka jatuh cinta. Lha wong sering bertemu." Suharyo memutuskan menelpon Inggrid untuk bercerita.

"Lana itu adiknya Arka Ing. Mereka tidak seharusnya pacaran begitu. Dosa."

Inggrid tertawa diseberang sana. "Mas, kamu kok lucu. Lana itu anak dari Mba Sinta, bukan kamu Mas. Jadi dia dan Arka tidak punya hubungan darah apapun. Apalagi perkawinanmu dengan Sinta dulu batal. Jadi Lana bahkan bukan anak angkatmu. Mereka tidak melakukan kesalahan apapun. Mereka hanya jatuh cinta, mungkin seperti kamu dulu dengan Mba Sinta."

"Tapi Ing..."

"Mas, harusnya kamu senang. Akhirnya Arka bisa kembali gembira lagi seperti dulu dan kalau mereka menikah, akhirnya Lana bisa benar-benar jadi putrimu secara hukum. Ini kok malah dilarang-larang. Anak jaman sekarang tambah dilarang tambah melakukan Mas."

"Aku masih belum siap kehilangan Lana Ing. Aku sayang sekali dengan dia."

"Kamu itu ga akan kehilangan Lana Mas kalau ga keras begini. Aku peringatkan sekali lagi ya Mas, kalau kamu masih bersikukuh begini. Kamu bukan hanya kehilangan Lana, kamu juga bisa kehilangan Arka, anak kandungmu sendiri. Kasihan Arka Mas, bertahun-tahun hidup kesepian seperti tidak punya ayah saja. Tolong pikirkan baik-baik."

Suharyo menghela nafas. "Ya sudah, kabari aku lagi nanti. Semoga Lana menghubungi mu. Aku bisa mati kalau Lana sampai kenapa-napa Ing."

"Siapkan saja laporan ke polisi Mas. Malam ini 1x24 jam kan?"

Suharyo memutuskan hubungan telpon. Lalu ia menelpon Pram.

"Pram, aku minta tolong pada adikmu Wahyu yang ada di kepolisian. Aku cemas dengan Lana Pram."

"Oke, aku bantu Mas. Sabar Mas, Lana itu pintar dan kuat. Harusnya dia baik-baik saja."

***

Hari kedua.

Mobil Arka melaju ke rumah Rama. Anggi dan Manda sudah berada di dalam mobil. Ia sudah menghubungi Erlangga. Meminta maaf dan menjelaskan situasi terakhir Lana. Arka butuh Erlangga untuk berpencar mencari Lana. Erlangga sudah menuju ke sekolah Lana, ingin mencari tahu apa Lana datang ke sekolah hari ini.

Dewi, Monik dan Sony sudah mengetahui kabar tentang hilangnya Lana. Mereka hanya bisa membantu menggantikan Arka dan Suharyo yang sudah dua hari ini tidak bisa mengerjakan apapun di kantor.

"Kak Arka, apa aku bikin pengumuman Lana hilang ya di medsos? Biar banyak yang bantu cari." Amanda menyampaikan idenya.

"Jangan dulu Nda, saya takut Lana makin lari karena dia tahu kita sedang cari dia. Dan juga menghindari pers. Semua orang pasti masih ingat dengan Sinta Gunadi. Saya nggak mau kehidupan pribadi Lana terekspos keluar. Rama ini siapa?"

"Rama pacarnya Lana dulu Mas. Waktu kelas satu SMA. Rama itu sebenernya baik, tapi hidupnya kurang beruntung. Dia jadi tulang punggung keluarga dan adiknya juga sakit. Akhirnya Rama suka bantuin Bang Jono jadi kurir narkoba dan suka jualin juga ke anak-anak diem-diem. Rama badannya besar dan punya geng sendiri, jadi nggak ada yang berani laporin dia. Lana akhirnya ikut-ikutan pakai obat. Waktu Bang Jono tahu pacarnya Rama cantik, Lana dijebak dan dipaksa..." Anggi terdiam.

The Stepsister [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang