Part 34

9K 750 4
                                    

Lana tiba dirumah pukul 7 malam bersama Arka dan Suharyo. Mereka bertiga makan malam bersama. Arka memutuskan untuk tinggal lebih lama dirumah, menjaga Lana. Baju dan beberapa barangnya sudah ada di kamar atas. Suharyo sudah meminta Inah dan Darsih bergantian tidur di kamar Lana.

"Daddy, terimakasih soal Rama."

"Iya. Anak itu baik dan berani, hidupnya kurang beruntung saja. Ayah hanya bantu sedikit."

"Daddy selalu bilang begitu. Waktu Daddy bantu Manda, bantu Rama, bantu Lana juga."

"Sudah nggak usah dihitung-hitung. Pahalanya hangus nanti. Inggrid kasih dia kerjaan di PH nya. Biar dia punya penghasilan untuk berobat adiknya."

"Iya, aku denger juga dari Manda tadi siang. Tante Inggrid kasih Rama kerjaan apa Dad?"

"Model iklan online shop apa itulah. Ayah nggak paham."

"Keren. Rama emang ganteng sih." Lana tersenyum kecil. Kakinya ditendang oleh Arka dibawah meja. Mata Lana melotot pada Arka. "Dad, besok aku mau jalan sama Anggi dan Manda, boleh ya? Mau ke salon."

"Boleh. Asal kakakmu...." Suharyo berdehem. "...maksudnya Arka yang antar."

"Daad pleasee...aku mau ke salon doang Dad. Masa diintilin Arka. Lagian Arka kan besok kerja."

"Aku masih cuti dan ya aku setuju dengan Ayah. Aku yang antar."

Lana mencebik kesal. Setelah makan malam selesai Suharyo bangkit berdiri menuju kamarnya.

"Arka, Lana. Ayah akan pasang CCTV di rumah ini. Sebelum itu, Arka tidak boleh masuk kamar Lana malam-malam. Kalau Arka didalam kamar Lana, pintu harus dibuka lebar. Tidak ada sex di luar nikah atau restu Ayah batal."

Arka batuk tersedak air yang diminumnya.

 "Dad apaan siy, sex-sex segala. Itu mah nggak usah dibilangin juga Lana nggak mau. Apalagi sama Arka. Rugi nanti udah DP duluan."

"Lana! Bahasanya." Arka melotot pada Lana.

"Ya sekarang nggak mau, nggak tahu nanti kalau berdua saja sama Arka kan?" Suharyo berujar lagi.

"Dasar laki-laki pada sama aja pikirannya." Lana berdiri langsung naik ke atas kamar.

Suharyo hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Lana. "Ayah percaya sama Lana, sama kamu tidak."

"Arka sudah dewasa Yah. Arka tahu batasannya."

"Justru karena sudah dewasa itu Ayah makin khawatir. Sudah, Ayah tidur dulu."

Pukul 11 malam. Arka gelisah di kamarnya. Ia sangat merindukan Lana. Sejak insiden itu, jarang sekali mereka punya kesempatan berdua saja. Selalu ada dokter atau perawat atau ayahnya yang bisa muncul tiba-tiba. Aturan baru ayah justru memompa semangatnya untuk melanggar di hari pertama. Sial.

Lana terbangun pukul 11.30. Inah tidur pulas di sofa dalam kamar. Tenggorokannya kering namun air di teko kamarnya habis. Kakinya melangkah ke dapur dibawah. Ia menyalakan lampu dapur dan mengisi teko minumnya. Ketika ia ingin meninggalkan dapur, Arka sudah berdiri disana.

"Ya Tuhan Arka kagetin aku aja."

"Sorry." Arka meringis menarik lengan Lana ke dinding dekat dengan tombol lampu lalu mematikan lampu dapur. Arka tidak membuang waktu, ia mencium bibir Lana lembut.

"Ka, tadi ga denger apa kata Ayah?" Lana tidak membalas. Hanya diam.

"Denger." Arka tidak menghiraukan protes Lana. "Sayang, rule is to be break, not follow."

"Kata siapa?"

"Kata aku barusan." Ia mencium Lana lagi. "Kalau kamu dingin begini malah tambah lama lho. Nanti Ayah keburu turun."

The Stepsister [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang